Selasa, Januari 01, 2013

Habibie dan Ainun

Ayah
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
B.J. Habibie untuk Ainun

Pagi, hari terakhir tahun 2012. Setelah berbelanja bahan-bahan yang akan dipakai nanti malam, aku dan si bungsu bersiap pergi ke Jember. Ya, hanya di kota itu yang ada bioskopnya. Rencananya, siang ini kami mau nonton film dulu. Baru setelah itu, kami langsung pulang dan memulai acara barbekyu di rumah.

Film yang ku pilih untuk menutup akhir tahun ini adalah sebuah Film Romantis. Bukan sejenis cerita Romeo & Juliet, Sam pek eng tay, Laila Majnun, yang endingnya adalah cinta sehidup semati. Memutuskan ikut mati saat pasangan tercintanya dipanggil Yang Maha Hidup.

Bukan, film ini lebih menceritakan bagaimana kita bertahan hidup, meski separuh jiwa kita telah 'pergi' terlebih dulu.
Habibie & Ainun, adalah sebuah film yang diangkat dari novel best seller dengan judul yang sama. Ditulis oleh mantan Presiden Indonesia, Bapak BJ. Habibie sepeninggal istri tercintanya, Ibu Ainun.  

Buku inilah yang membantu Pak Habibie keluar dari kalutnya hati karena ditinggal perempuan yang dilahirkan untuknya. Beliau bercerita betapa sangat berharganya seorang Ainun bagi hidupnya. Bagaimana terasa kosong dan limbung saat Allah Sang Pencipta memanggilnya. 

Film ini sanggup membuat penontonnya mengeluarkan air mata. Betapa Pak Habibie sangat-sangat-sangat mencintai Ibu Ainun. Sejak bertemu pertama kali setelah pulang dari Jerman, hingga Ibu Ainun harus melawan sakit kanker yang dideritanya. Sampai Ibu Ainun menghembuskan nafasnya. Sampai Ibu Ainun bersatu kembali dengan Penciptanya. 

Reza Rahadian dan BCL bermain sangat apik, menurutku. Reza pun sanggup menunjukkan rasa cintanya yang luar biasa sebagai Habibie kepada BCL yang berperan sebagai Ainun. Ada beberapa adegan yang mengundang tawa di bagian awal film. Lalu akan berubah menjadi tangis haru pada endingnya. Ada juga beberapa peristiwa sejarah yang digambarkan di dalamnya. 

Hm, jadi mikir, seandainya pelajaran sejarah dibuat film seperti itu, mungkin akan lebih mudah menghafal/mengetahuinya ya? :D

Well, tak bisa bicara banyak tentang film ini. Yang jelas aku menangis. 
Recommended buat di tonton.
Jangan lupa bawa tisu :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar