Minggu, Desember 30, 2012

Insiden Makan Malam

Malam ini Bapak ngajak kami sekeluarga untuk makan di luar. Baru dapat rejeki katanya. Yes, makan lalapan di tempat langganan kami. Pukul tujuh malam, selesai sholat Isya' kami berangkat. Malam minggu ini jalanan seperti biasa. Ramai. Hm, mungkin dua kali lebih ramai karena masih hawa-hawa hari jadi kota ini. 
Bisa bayangin kan? Di kota kecil kayak begini, ratusan manusia campur jadi satu di satu tempat, pake motor yang gasnya di gede-gedein? 

Well, sudahlah, balik ke makan malam. Tempat makan langganan kami tutup. Yeah, tutup saudara! Dan itu bikin kecewa beberap pihak yang sudah membayangkan betapa lezatnya makan ayam goreng pake sambel yang pedes dengan nasi yang masih mengepul asapnya. 

Oke, baiklah, sepertinya memang bukan rejeki kami. So, alternatif ke dua, entah kenapa aku pengen ke sebuah resto di Jalan Kapten Suwandak belakang Pendopo kota. Padahal, kami pernah punya pengalaman buruk dengan makanan di sana. Dan benar saja, begitu kami pesan lalapan, mereka jawab "kosong"!

Bukannya putar balik, kami malah pesan nasi goreng. Sumpah, cuma satu kata yang keluar ketika suapan pertama mampir di mulut. ASTAGHFIRULLAH!! Dan cuma satu rasa yang ada di mulut. Rasa pengen Muntah. Ini makanan nggak pake bumbu kali' ya? Kok cuma asin aja yang terasa. Hadeeeh, sepertinya ini terakhir kali makan di situ. Tidak untuk ke tiga kalinya.

Yang paling bikin berdosa, adalah ketika bayar di kasir. Untuk makanan yang 'kayak gitu', harga yang harus dibayar mahal banget. 105ribu. Padahal cuma nasi goreng, capjay dan udang. 

Tolong, ya, jangan iklan aja yang digemborin. Kualitas di tingkatkan dong! Jangan bikin racun. 

Sekian.

Rabu, Desember 26, 2012

BRI, Pelayanan yang mengecewakan

Hari ini kembali datang ke Bank Rakyat Indonesia. Untuk kesekian kalinya. Apalagi kalau bukan untuk mengurus pengambilan hadiah yang di sponsori oleh bank tersebut. Kalau bukan karena adik yang minta tolong, ogah aku ke bank itu. Males. Hanya saja, karena satu dan lain hal (terutama menyangkut sekolahnya) kami menanyakan 'keberadaan' hadiah tersebut.
Nilainya memang tidak banyak. Hanya satu juta rupiah. BRI mensponsori sebuah lomba pemilihan bla,bla,bla. Dan pemenangnya akan mendapatkan hadiah tersebut dalam bentuk tabungan. Karena itu, siapapun yang menang, WAJIB MEMBUAT TABUNGAN. Alasannya, uang tersebut nantinya akan di transfer.
Tanggal 17 Nopember 2012, pemenang sudah diumumkan. Dan sampai sekarang, hadiah tersebut belum bisa dicairkan. Bagi yang bermukim di kota ini mungkin tak masalah (meskipun jadi masalah juga), tapi bagi yang kuliah di luar kota. Pulang cuma untuk MENDENGARKAN OMONG KOSONG DARI CUSTOMER SERVICE YANG MENJANJIKAN INI-ITU.  
kalau diuangkan, mungkin korban tenaga dan bolak-balik kendaraannya, sudah habisa hadiahnya itu. 
Sebuah bank, apakah memang seperti itu. BRI, apakah melakukannya (mengendapkan dana) untuk mendapatkan BUNGA. Karena kalau tidak satu bulan, uang itu tidak bisa berbunga. 
Tiap saat datang kesana, pelayanan CS-nya luar biasa lama. Mungkin itu juga yang membuat setiap Bank tidak ada kotak sarannya. Agar tidak ada yang mengkritik kinerja mereka. 
BRI terlalu lambat. Dulu, katanya menunggu REKOMENDASI dari instansi yang mengadakan lomba. Sekarang, begitu surat Rekom sudah ada di tangan, masih saja diulur. Yang inilah, yang itulah. Butuh bunganya? Berapa, sih? Bisa diberikan secara langsung tidak? Biar kami tidak perlu bolak-balik ke tempat ini hanya untuk mendengar janji yang tidak kunjung ada. 
Terima kasih :(

Si -G.A.L.A.U-

Ada yang terkena sindrom galau, nih di rumah. Pastinya bukan bapak-ibu. Zaman mereka mana ada kata galau, hehehe. Galau mungkin punya nama lain saat mereka masih muda. Entahlah, yang jelas saya ingin membahas tentang G.A.L.A.U. Dan kebetulan, saat ini salah satu anggota keluarga kami yang paling cantik (ehem) sedang dilanda galau tingkat dewa.

Apa? Saya? Ehm, sebelumnya terima kasih karena menganggap saya cantik :D tapi, sayang sekali, yang terserang itu bukan saya. Melainkan si bungsu. Biasalah, ABG.

Hm, akhir-akhir ini si 'galau' itu memang tengah merajai dunia per-kosa-kata-an. Demamnya menjangkiti setiap makhluk di muka bumi ini. Manusia, bahkan hewan dan tumbuhan-mungkin- juga pernah merasakan galau. Entah siapa yang memulai kata ini. Yang jelas si 'galau' ini telah sukses mewabah seantero nusantara.

Kata galau sendiri kalau di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berartikerush, senewen, was-was, ribut dan cemas. Atau bisa juga berarti kacau atau tidak karuan. Tapi, saat ini si 'galau' sepertinya sedang bertransformasi arti. Bukanlah merujuk pada KBBI, melainkan punya arti sendiri di kalangan anak muda, khususnya.

Galau itu lebih pada perasaan yang tak jelas atau tak menentu yang berkaitan dengan seseorang. Entah lawan jenis, atau yang sejenis. Atau kadang jika itu berhubungan dengan suatu tempat yang mengingatkan pada sebuah kenangan atau tak jarang hanya disebabkan oleh karena alasan yang tak jelas. Kadang kala juga hanya karena datang bulan (yang ini khusus untuk cewek tentunya)

Dan adik saya yang bernama Vira Oktavia Kurniasari ini tengah sukses dihampiri si G.A.L.A.U. Sesuai dengan artinya, dia galau memang lantaran Jomblo. Mungkin agak heran juga kenapa dia jomblo. Lihat saja wajah dan perawakannya. Cantik dan tinggi semampai (ehem), mana mungkin bisa jomblo.


 *Look at her! How could such she could be singles? Don't have a boyriend?*

Hahaha, bukannya sombong atau pemilih. Sepertinya memang agak susah punya pacar untuk seusiannya. Larangan dari orang tua, mungkin salah satu faktornya. Tapi, sebenarnya tujuannya baik. Supaya sekolahnya tidak terbengkalai karena urusan P.A.C.A.R, \(^_^)/

Cuma ya itu, karena banyak teman sekolahnya yang pacaran, akibatnya dia terserang galau. Galau karena menjadi 'Jonges'. Istilah yang berarti Jomblo Ngenes, hahahaha. Nggak hanya itu sih penyebabnya. Larangan Bapak (terutama) untuk pergi-pergi jauh mengendarai motor, juga menjadi salah satu penyebabnya. 

Bapak (dan Ibu) memang akan langsung bilang 'TIDAK' setiap adek mengutarakan niatnya untuk main dengan teman-teman ke Jember naik motor. Apalagi musim liburan. Bukannya apa, sih, tapi jalanan cukup ramai. Kalaupun kita hati-hati, orang lain yang sembarang mengendarainya. Fiufh, repot. 

Well, kegalauannya ini cukup membuat rumah berantakan. Bawaannya cemberut melulu. Tapi, beberapa hari ini sepertinya sudah lumayan sembuh. Lumayan, artinya belum sepenuhnya. Masih kadang-kadang kumat. Hehehehe.

Okelah, tetap semangat untuk si cantik. Ayo, saya traktir mie ayam langganan kita. Semoga galaunya cepet sembuh :D :D  

Minggu, Desember 23, 2012

Hari Ibu


Bersinar kau bagai cahaya
Yang selalu beriku penerangan
Selembut sutra kasihmu ’kan
Selalu rasa dalam suka dan duka
Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Bagaikan embun kau sejukkan
Hati ini dengan kasih sayangmu
Betapa kau sangat berarti
Dan bagiku kau takkan pernah terganti
Kaulah ibuku cinta kasihku
Pengorbananmu sungguh sangat berarti
(Ibu-Haddad Alwi feat. Farhan)


Ibu itu... ehm... itu, anu... ehm...
Ibu itu... sebentar-sebentar... adalah, ehm....
Ibu, ya? Tentu saja, Ibu adalah..... tik-tok-tik-tok
Hm, pertanyaannya ‘Ibu’, kan? Ya, Ibu adalah......
Sebentar, ibu itu... addduhhhh... ini sudah ada di ujung lidah, tapi kenapa tidak bisa keluar, ya??
Ibu adalah..ehm... adalah... anu... aakhh, apa ya??? *pukul kepala

Aku tak pernah bisa mengartikan sebutan ‘Ibu’. Mama, bunda, umi, bundo, atau sebutan lain dari Ibu. Aku hanya tahu, betapa luar biasa seseorang yang menyandang sebutan Ibu. Betapa mulia seorang perempuan yang di depan namanya tersemat julukan Umi. Betapa indah ketika seorang perempuan dipanggil ‘bunda’

Ibu, melahirkan kita. Mempertaruhkan nyawanya demi seonggok daging yang belum pernah dilihatnya. Yang, mungkin saja lima belas tahun kemudian bayi itu berani menghardiknya.
Ibu, memberikan air susunya selama dua tahun untuk si buah hati. Tak pernah mengeluh, meski itu bisa mengubah bentuk tubuhnya.
Ibu, adalah guru terbaik kita. Pendidikan pertama kita adalah darinya.

Ibu, adalah manusia pertama yang akan meneteskan air mata ketika kita terjatuh, terluka. Manusia pertama yang akan menangis kecewa ketika kita berbuat salah. Manusia pertama yang akan tersenyum bangga ketika kita meraih sesuatu cita.

Ibu, dengan tubuhnya yang lemah, mampu menggendong kita, seberat apapun tubuh kita. Sedangkan kita, pernahkah menggendongnya walau hanya sekali?
Ibu, merawat kita hingga kita mampu berdiri di atas kaki kita sendiri. Sedangkan kita, pernahkah kita benar-benar merawatnya? Tentu saja, tanpa pamrih?
Seorang Ibu sanggup menjaga anak-anaknya, meskipun jumlah mereka lebih dari satu orang. Sedangkan anak sebanyak itu, bisakah menjaga seorang Ibu?

Ibu itu, serupa rumah, dimana kita bisa pulang kapan saja. Serupa selimut yang menghangatkan malam-malam dingin. Seperti gerimis yang menyejukkan. Seperti senja yang mengindahkan.

Di hari ibu ini, mari kita bertanya pada diri kita, apa yang sudah kita berikan pada Ibu? Perempuan pembawa surga yang padanya Allah menganugerahkan panggilan paling indah.

Selamat hari Ibu, untuk semua perempuan luar biasa di seluruh dunia :))

Jumat, Desember 07, 2012

Dia Positif? Alhamdulillah >>> part 2

Entah kenapa, setelah diberi kabar tanggal 26 Nopember 2012 lalu, kok, saya jadi ikutan deg-degan ya? Ikut menunggu. Ikut berharap. Padahal saya bukan suaminya. Bukan orang tuanya. Bukan pula saudara sedarahnya. Saya hanya teman, yang menurutnya, saya sudah seperti saudara.

Kabar itu adalah tentang hasil testpacknya yang dinyatakan positif. Biasanya, sih, ada garis dua warna merah gitu yang muncul. Atau sebuah tanpa plus. Setelah menunggu hampir setahun, akhirnya garis itu benar-benar muncul dari testpack yang diceburin ke air seninya. Katanya, esok harinya (yaitu tanggal 27 Nopember) dia dan suaminya akan berlayar ke Ambon untuk memeriksa ke-absah-an hasil testpack itu. 

Dan pagi tadi..... Wallllaaaaaaaa..... Subhanallah!!! Kata dia, usia kehamilannya sudah masuk minggu ke-enam. Alhamdulillah. 
Entah kenapa juga, kok, saya senengnya luar biasa ya? Bahagia sekali. Padahal bukan saya yang hamil. Di rahim saya belum ada siapa-apa, tapi kenapa rasanya jantung ini berdetak kencang mendengar berita itu. Apa ini yang disebut bahagia sebenarnya? Bahagia karena melihat orang lain bahagia?

Doa akan selalu mengangkasa buatmu, Saudariku. Semoga diberikan kelancaran dan kemudahan sampai kelahiran buah hatimu nanti. Semoga diberikan kekuatan dan kesabaran bagimu, yang telah diberikan kepercayaan oleh Yang Maha Hidup untuk menempatkan makhluknya dalam rahimmu. Dia akan hadir di bumi ini melaluimu, Saudariku. Dan semoga kelak, kau menjadi perempuan luar biasa yang dipanggilnya 'IBU'


Baca sebelumnya : Dia Positif? Alhamdulillah >>> part 1

Selasa, November 27, 2012

Dia Positif?? Alhamdulillah >>> part 1

Tak ada kata yang luar biasa yang bisa kuucapkan pada-Mu Ya Allah, selain Subhanallah dan Alhamdulillah. Kedua kata itu telah cukup mewakili perasaanku saat mendengar berita darinya. Febry Waliulu. Perempuan luar biasa yang setahun lebih ini sudah mengisi hidupku dengan ceritanya. 

Pagi ini, saat aku membaca status di twitter, aku merasa dia tengah bahagia. Apa yang dinantikannya katanya hadir. Aku langsung menelponnya. Sayang, sambungan itu tidak diangkat. Mungkin Ebi-panggilannya- sedang ada di Piru, tempatnya bertugas. Aslinya memang Ambon, tapi dia dan Caca Linda Waliulu dapat tugas dari Pemda di Piru. Sekitar empat jam dari Ambon, menyeberang laut, katanya begitu.

Akhirnya aku mengirimi dia sebuah pesan. Apakah gerangan yang membuatnya begitu bahagia? Apakah....?
Dan jawabannya adalah : 
"Vin, Alhamdulillah testpack tadi Shubuh positif. Tapi masih belum berani ngomong, masih belum full bahagianya. Insya Allah besok ke Ambon baru periksa ke dokter untuk memastikan"

Sungguh berita yang membahagiakan, meski bukan aku yang positif. Hahahaha, bagaimana mungkin ya bisa positif, orang 'partner'nya saja belum ada, hahaha.

Ya Rabb, Alhamdulillah. Hamba ikut senang dengan berita ini. Semoga Engkau memberikan berita yang menggembirakan esok untuk saudaraku. Amin

 

Jumat, November 23, 2012

The Winner

 

Tanggal 17 Nopember 2012, buatku mungkin adalah hari yang istimewa. Tidak hanya buatku, buat si Bungsu Vira juga merupakan hari yang istimewa.

Setelah seharian menunggu pengumuman dari Bappenas atas beasiswa yang aku ikuti, akhirnya muncul juga. Sebelumnya sempat pesimis, karena pengumuman yang seharusnya tanggal 16 Nopember 2012, sampai tanggal 17 belum juga keluar. Dan akhirnya bisa tenang saat menerima sms dari Niskha yang bilang, bahwa aku lulus tes tahap pertama. Subhanallah.

Belum selesai senangnya, adikku yang ikut acara Pemilihan Duta Wisata Kabupaten Lumajang 2012 dinyatakan sebagai pemenang pertama.

Sungguh, bangganya luar biasa ketika selempang bertuliskan "Yuk Lumajang Tahun 2012" dikalungkan pada si Bungsu. Menjadi juara I Pemilihan Duta Wisata Kabupaten Lumajang 2012 sebenarnya bukan hal yang diinginkan dek Vira. Inginnya sih juara II atau III saja. Paling tidak setelah acara ini, maka selesai sudah tugasnya. Kalau juara I, setelah ini akan ada rentetan tugas yang menunggunya. Termasuk ikut dalam acara pemilihan Raka-Raki Jawa Timur tahun depan.

Tapi, apa boleh dikata. Allah sudah kasih rejeki itu sama dia. Maka, mau tidak mau, dia harus bertanggung jawab :D Dan mulai sekarang, dia menjadi salah satu manusia Lumajang yang bertugas mempromosikan wisata di daerahnya, hehehe. 

Yang jelas, kami sangat bangga padanya. Terlihat Ibu yang berdiri mendadak begitu mendengar namanya di sebut. Ibu yang luar biasa, yang mendukung adek sampai sekarang. Mulai dari cari baju, sepatu, make up, dan lain-lainnya. 

Pertanyaan yang didapatnya adalah :
"Apa yang kamu ketahui tentang keunikan wisata/kesenian di Kabupaten Lumajang?"

Jawaban dia:
"Kita sebagai warga Lumajang harus bangga dengan kesenian yang ada seperti Jaran Kencak. Uniknya, Kuda yang digunakan sebagai kesenian ini dapat dilatih. Dia dapat menari, bergoyang, sambil mengangkat kakinya. Terima kasih"  
(Sepertinya kurang lebih seperti itu jawabannya (^^))
Welldone, cantik... Selamat ya... Maaf, seharusnya postingan ini muncul tanggal 17 Nopember 2012, atau paling tidak tanggal 18 Nopember 2012. Namun, karena ke-lemot-an jaringan internet dan ke-malas-an diri sendiri, akhirnya postingan ini 'sedikit' terlambat, hehehe....\(^_^)P
Tapi, tenang saja... ini tak mengurangi rasa bangga kami padamu, sayang :D

Minggu, September 30, 2012

Journey in Makassar >> Day 2

Menu hari ini adalah Bantimurung. 
Aku baru tahu kalau ternyata Bantimurung itu berada di Kabupaten Maros. Jarak dari Tamalanrea sekitar, ehm, berapa ya? Mungkin hampir sekitar 80 kilometer. Waktu yang ditempuh dengan naik motor sekitar satu jam lebih. Dan akhirnya menjadi hampir 3 jam karena pakai acara nyasar segala, (^_^)
Arah Bantimurung juga berlawanan dengan arah Losari. Jadi, seharian ini khusus menjelajahi keindahan Bantimurung di Kabupaten Maros. 


Berangkat dari Tamalanrea pukul setengah 10. Isi perut, isi bensin, siapin amunisi (kamera, mukenah, air minum, duit). Perjalanannya cukup jauh. Dua puluh menit kemudian, kami sampai di depan sebuah masjid yang bagus banget. 
Ini Masjid Besar Maros, Dek! kata Nadeth ngasih tahu. Aku manggut-manggut saja. 
(Masjid Besar Maros)

Siang itu, Masjid Besar ramai oleh pengunjung. Bahkan ada yang datang dengan rombongan bis. Mungkin sekalian menunggu waktu adzan Dhuhur. Setelah puas lihat-lihat, kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan semula.

Dan setelah menempuh waktu satu jam kurang, Kak Nadeth baru nyadar kalau kita kesasar. Wilayah Pangkep, tempatnya semen BOSOWA dan TONASA, di daerah situlah kita kesasar. Jauh banget. Sudah lintas Kabupaten pula. Haddddeeeehhhh....

Balik arah. Fokus.

Setengah jam kemudian, kami melihat tanda kedatangan seperti ini


SELAMAT DATANG 
TAMAN PRASEJARAH LEANG-LEANG
KAB. MAROS

Berhenti sebentar. Mikir bareng. Kesini saja dulu kak, kataku. Boleh, deh, jawab Nadeth. Lalu kami masuk ke kawasan itu. Kami kira, sih, jaraknya dekat dengan gapura kedatangan. Ternyata masih sekitar 3 atau 4 km lagi.

Tahu tidak? Ketika mulai masuk kawasan ini, meski belum taman prasejarahnya,  perasaan kami mulai aneh. Kayak sunyi banget gitu. Orang jawa bilang singup. Perasaan 'sendirian' yang teramat sangat. Batuan-batuan, tebing nan menjulang, suasana desa yang tanpa penghuni (ga tau pada kemana), alam setengah tandus-setengah rimbun. Entahlah. Tempat ini kayak nyimpen sesuatu yang 'sesuatu' banget lah.







Sepi banget, kan? Bahkan berjejeran rumah-pun seperti tanpa penghuni. Kemana orang-orangnya? Bertani kah? Berkebun? Tapi, dimana? Sepanjang perjalanan menuju tempat itu, tak ada satupun yang terlihat.

Akhirnya, beberapa menit kemudian, aku dan kak nadeth sampai di Taman Prasejarah-nya. Sama halnya dengan jalanan tadi, disinipun sepi sekali. Hanya ada beberapa orang yang menjadi penjaga Taman ini. 

 





Meskipun sempat foto-foto sejenak, tapi aku merasa nggak bisa bertahan lama di sini. Tebing ini terasa mau runtuh saja. Leang-leang artinya adalah Gua. Ya, dalam gua itu ada semacam peninggalan prasejarah. Mulai dari cap kaki-tangan, tengkorak, ini, itu dll. Kalau mau masuk sih bisa tapi mesti ada guidenya.
Nggak deh terima kasih. Biarpun guidenya gratis, mending nggak usah lah. Dari luar saja sudah begini auranya, apalagi di dalamnya. Nope deh!!!!

Perjalanan di lanjutkan.
Sekarang benar-benar mau ke Bantimurung ini. Bantimurung adalah taman nasional yang menjaga kelestarian Kupu-kupu. Jaraknya dari Taman Leang-Leang sekitar 1,5 kilometer. Dan sungguh hati merasa lega dan seneng ketika sudah telihat sebuah gapura pintu masuk ke Taman Nasional Bantimurung. Bahkan di tebing bukitpun sudah tertulis Taman Nasional Bantimurung. 
 


 100 meter kemudian, bisa dilihat gapura penyambutan bagi wisatawan yang hendak masuk ke wisata air terjun dan kupu-kupu Bantimurung.
 
 Konon, selain Kupu-kupu, simbol Bantimurung adalah Monyet. Bisa terlihat, kan ada monyet yang tengah melambai di belakang Kupu-Kupu? d(^_^)/

Disana ada penangkaran dan kebun kupu-kupu. Ada ribuan spesies kupu-kupu yang dikembangbiakan di sini. Bahkan beberapa mahasiswa melakukan penelitian di tempat ini.

 

Puas 'main' kupu-kupu, kami masih ke dalam area wisata air terjun. Sebelumnya, kami mesti beli tiket masuk seharga Rp. 15.000,- dulu. Begitu masuk, kami langsung disambut dengan cuara gemericik air. Dan tahu tidak, tidak hanya air terjun yang menarik disini. Tapi, ada sebuah musholla yang terbuat dari batu. Keren, kan??? Banyak yang sedang bersiap melakukan sholat di situ. Bahkan, air wudhunya langsung muncul dari dalam tebing. Tempat ini sungguh.. Subhanallah... Allah Maha Indah....

 
                     Ini, nih Mushola dari batu :))

 



 
Tak banyak yang bisa diucapkan tentang tempat ini. Bagus banget. Angin berhembus di tempat yang rimbun banget. Kaya akan pepohonan, didampingi sama kupu-kupu yang terbang kesana-kemari.
Rasa ini nggak sama dengan waktu di leang-leang beberapa menit yang lalu. Meskipun sama-sama dekat tebing. Mungkin karena tempat ini sudah di jamah oleh banyak orang ya?
Katanya kalau udah nggak terlihat kupu-kupu yang terbang, maka akan terjadi sesuatu. Untuk pas kita kesana, kupu-kupu masih main-main disekitar kita. Amin.
Sayang, di taman ini nggak ada yang jual nasi atau makanan. Sebagian pengunjung bawa makanan sendiri. Gelar tikar, sim salabim, jadilah piknik keluarga.  

Nah, sebelum pulang, mampir lihat-lihat penjual souvenir yang berjajar dijalanan menuju pintu keluar. Banyak macam yang dijual. Bros motif kupu, gantungan kunci kupu, kaos kupu, melimpah ruah. Tinggal pilih saja. Mulai harga Rp. 5000,- sampai dengan Rp. 75.000,- Kalau aku, cuma beli bros sama gantungan kunci. Murah meriah :))


Okay, sudah waktunya pulang. Dalam perjalanan pulang, aku bersyukur. Sekali lagi bisa melihat keindahan ciptaan Sang Maha Indah. Terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk menikmatinya. Terima kasih atas penjagaan-Nya selama dalam perjalanan. 
Dan, terima kasih sudah memberikan dua cuaca padaku selama di Makassar. Dari kemarin yang panas, sekarang, dalam perjalanan pulang, Tuhan kasih hujan. Subhanallah, ademnya. Nggak deras, hanya semacam gerimis.

Lalu, menikmati Sop Saudara dan Sop Konro sebagai menu makan siang ditemani rintikan hujan, hmmm... yummy.... :b
Sop Saudara VS Sop Konro



Sabtu, September 29, 2012

Journey in Makassar -- Day 1

Berangkat dari rumah di Bumi Tamalanrea Permai jam 10, agenda hari ini tentunya adalah Pantai Losari. Tapi, Kak Nadeth bilang, masih terlalu siang untuk bersantai disana. Tidak akan ada apa-apa. Malah panas yang mungkin kita temui nanti. Jadi, aku minta main ke benteng Fort rotterdam dulu. Tentunya tanpa tahu bahwa benteng itu bakal membakar kita tanpa ampun.

Bener aja. Benteng itu adalah tempat terbuka dengan panas yang luar biasa menyengat. "Namanya juga benteng, dek, yo kebuka gini. Ampun, deh, panasnya," ucap Kak Nadeth. Rasa penarasan juga sih. Meskipun panas tetep nekad masuk. Sayang, kan udah sampai sini. Yang penting sudah pernah masuk dan tahu, Fort Rotterdam itu kayak apa, sih. 
 









 Fort Rotterdam adalah sebuah benteng yang berbentuk susunan batu yang memanjang, dibangun pada masa penjajahan belanda. Namanya dulu adalah Benteng Jumpandang. Sesuai dengan nama tempat dimana dia berada, Ujung Pandang, sebelum diganti dengan Makassar. Aku penasaran aja, katanya benteng ini mirip dengan bentuk penyu yang turun dari langit. Dan memang bentuk itu hanya bisa di lihat dari atas. Sebagiannya juga sudah berubah karena pemugaran. Konon ada sebuah tempat angker dalam benteng ini. Sebenarnya mungkin bukan angker, ya, tapi memang jarang atau hampir tidak pernah dimasuki oleh orang-orang. Well, biasanya tempat yang banyak benda sejarah itu aku cukup senang mendatanginya. Tapi, tidak untuk benteng ini. Panasnya bikin kepala pening. Cukup setengah jam saja di sini. 

Setelah dari Benteng Fort Rotterdam, Kak Nadeth mengajakku untuk makan di sebuah warung yang kata dia warung itu adalah favorit Febry Waliulu. Disana ternyata yang kumakan malah bakso sama pisang Epe. Bukan baksonya yang bikin sesuatu yang baru. Melainkan 'teman' makan baksonya. Namanya Buras. Sama dengan Lontong, tapi masaknya pakai santan. Satu paket seharga Rp. 4.000,- isi empat buah. Bentuknya kecil, hanya setengah ukuran lontong.

 Buras, teman makannya Bakso :))
 Pisang Epe,
Seharusnya makannya waktu malam hari. Ditemani hembusan angin di Pantai Losari dan musik-musik jalanan. 
Kesalahanku adalah, aku makan itu pas siang hari. Dan saking manisnya, gigi ini terasa ngilu luar biasa. Cukup habis satu setengah saja :))







Setelah makan, aku mengunjungi Masjid Raya Makassar untuk menunaikan Sholat. Masjid ini serupa Masjid Istiqlal dalam ukuran kecil. Karena masih dalam tahap pembangunan di bagian tempat wudhunya, kesan dari masjid ini masih kumuh. 
Terus, aku sama kak nadeth pergi ke Triple C di kawasan Losari, mengingat losari masih sepi. Di Triple C ada pameran Makanan, minuman, Percetakan dan Pengemasan. 
Nggak lupa mampir ke Masjid Amirul Mukminin. Masjid terapung yang dibangun di daerah Pantai Losari.

And, now... Tempat yang menjadi icon Makassar.
Taaa.. daaaaaa.....
LOSARI BEACH
 

The Last Journey today is... Dinner :))

Makan Jalangkotte, sejenis Pastel tapi isinya berupa touge, bihun, wortel dan kentang. Makannya pakai saus yang diracik khusus dengan irisan kacang dan sambal.
Makan Lumpia Sulawesi. Sama juga dengan lumpia disini, makannya juga dengan saus yang diracik khusus. 
Minumnya es palubutung sama es pisang ijo. Beda banget sama es yang dijual di sini. Yummy...

Selamat menikmati ya....
                                                               Jalangkotte & Lumpia
 Es Palubutung
 Es Pisang Ijo