Sabtu, September 29, 2012

Journey in Makassar -- Day 1

Berangkat dari rumah di Bumi Tamalanrea Permai jam 10, agenda hari ini tentunya adalah Pantai Losari. Tapi, Kak Nadeth bilang, masih terlalu siang untuk bersantai disana. Tidak akan ada apa-apa. Malah panas yang mungkin kita temui nanti. Jadi, aku minta main ke benteng Fort rotterdam dulu. Tentunya tanpa tahu bahwa benteng itu bakal membakar kita tanpa ampun.

Bener aja. Benteng itu adalah tempat terbuka dengan panas yang luar biasa menyengat. "Namanya juga benteng, dek, yo kebuka gini. Ampun, deh, panasnya," ucap Kak Nadeth. Rasa penarasan juga sih. Meskipun panas tetep nekad masuk. Sayang, kan udah sampai sini. Yang penting sudah pernah masuk dan tahu, Fort Rotterdam itu kayak apa, sih. 
 









 Fort Rotterdam adalah sebuah benteng yang berbentuk susunan batu yang memanjang, dibangun pada masa penjajahan belanda. Namanya dulu adalah Benteng Jumpandang. Sesuai dengan nama tempat dimana dia berada, Ujung Pandang, sebelum diganti dengan Makassar. Aku penasaran aja, katanya benteng ini mirip dengan bentuk penyu yang turun dari langit. Dan memang bentuk itu hanya bisa di lihat dari atas. Sebagiannya juga sudah berubah karena pemugaran. Konon ada sebuah tempat angker dalam benteng ini. Sebenarnya mungkin bukan angker, ya, tapi memang jarang atau hampir tidak pernah dimasuki oleh orang-orang. Well, biasanya tempat yang banyak benda sejarah itu aku cukup senang mendatanginya. Tapi, tidak untuk benteng ini. Panasnya bikin kepala pening. Cukup setengah jam saja di sini. 

Setelah dari Benteng Fort Rotterdam, Kak Nadeth mengajakku untuk makan di sebuah warung yang kata dia warung itu adalah favorit Febry Waliulu. Disana ternyata yang kumakan malah bakso sama pisang Epe. Bukan baksonya yang bikin sesuatu yang baru. Melainkan 'teman' makan baksonya. Namanya Buras. Sama dengan Lontong, tapi masaknya pakai santan. Satu paket seharga Rp. 4.000,- isi empat buah. Bentuknya kecil, hanya setengah ukuran lontong.

 Buras, teman makannya Bakso :))
 Pisang Epe,
Seharusnya makannya waktu malam hari. Ditemani hembusan angin di Pantai Losari dan musik-musik jalanan. 
Kesalahanku adalah, aku makan itu pas siang hari. Dan saking manisnya, gigi ini terasa ngilu luar biasa. Cukup habis satu setengah saja :))







Setelah makan, aku mengunjungi Masjid Raya Makassar untuk menunaikan Sholat. Masjid ini serupa Masjid Istiqlal dalam ukuran kecil. Karena masih dalam tahap pembangunan di bagian tempat wudhunya, kesan dari masjid ini masih kumuh. 
Terus, aku sama kak nadeth pergi ke Triple C di kawasan Losari, mengingat losari masih sepi. Di Triple C ada pameran Makanan, minuman, Percetakan dan Pengemasan. 
Nggak lupa mampir ke Masjid Amirul Mukminin. Masjid terapung yang dibangun di daerah Pantai Losari.

And, now... Tempat yang menjadi icon Makassar.
Taaa.. daaaaaa.....
LOSARI BEACH
 

The Last Journey today is... Dinner :))

Makan Jalangkotte, sejenis Pastel tapi isinya berupa touge, bihun, wortel dan kentang. Makannya pakai saus yang diracik khusus dengan irisan kacang dan sambal.
Makan Lumpia Sulawesi. Sama juga dengan lumpia disini, makannya juga dengan saus yang diracik khusus. 
Minumnya es palubutung sama es pisang ijo. Beda banget sama es yang dijual di sini. Yummy...

Selamat menikmati ya....
                                                               Jalangkotte & Lumpia
 Es Palubutung
 Es Pisang Ijo























Tidak ada komentar:

Posting Komentar