Minggu, Juli 31, 2011

Gundah


Gundah... 
Resah... 
Galau...
Bersalah...
Menjadi kabut yang menyelimuti ruang hatimu kini
Ranjau-ranjau seakan ditebar dalam dinding jiwa dan pikiranmu
Yang sewaktu-waktu dapat meledak terinjak-injak keadaan yang tak tentu

Hatimu terasa sempit, membuat sesak menghampirimu
Kau butuh udara, namun tak kau dapatkan
Hanya jalan gelap yang kau tapaki
Ada dua cahaya yang menghampirimu

Cahaya satu menghadirkan KEMBANG API untukmu
Cahaya kedua menawarkan sebuah LILIN KECIL
Mana yang akan kau pilih?

Kembang api, dengan cahayanya yang –mungkin-cantik, namun menyakitkan dan sekejap saja dia bersinar
Atau,
Lilin, dengan cahayanya yang –memang- remang, namun dia memberi kehangatan tanpa menyakiti, sepanjang waktu

Hatimu sedang tak berada dalam porosnya
Berdetak tanpa terduga, menyimpang dari irama yang sesungguhnya
Tapi, aku punya keyakinan kau mampu melewatinya
Karena kau paling percaya bahwa ini semua adalah rencana-Nya

Seperti selalu terucap dalam lisanmu
“Tuhan tidak akan membawa kita sejauh ini hanya untuk meninggalkan kita”
Artinya, Tuhan tidak akan membawa kamu pada dua pilihan jika kamu tak sanggup memilihnya

kau adalah Ilalang...
dapat mengatasi musim apapun dan tetap berdiri tegak
malam tanpa matahari atau siang dengan panasnya
Ilalang tetap mampu bertahan

Lenteramu ada dua Jangan biarkan membuatmu gundah
Karena aku yakin, kau lebih kuat dari ini

Karena kau istimewa

**untuk sahabat q yang (mungkin) sedang gundah**

Jumat, Juli 29, 2011

langkahmu


Punggung itu...
Melangkah menjauh tanpa menoleh
Meninggalkan sepotong asa
Yang meminta agar dia berhenti
Namun, hanya mampu memandangnya dengan selaput bening
Pada kedua mata ini
“Sampai ketemu lagi” adalah janji yang mampu menghentikan aliran bening itu
Meyakini dan mengamini janji yang terucap dengan balutan senyum
Tapi, hati ini terasa kosong dan sepi
Bahkan ditempat keramaian sekalipun
Sunyi...
Rohku mencoba menjangkau ragamu
Menariknya kembali untuk berada disisiku tanpa dibatais ribuan liter air
Dan ratusan kilometer aspal
Aku lelah
Tubuhku seakan tak kuat lagi menyokong kala rohku berkelana mencari inspirasinya
Tolong aku..
Jangan biarkan aku tersesat
Beri aku mercusuar
Agar aku bisa datang kembali
Menemuimu

**Untuk kaka'q_Enbi** (kapan bisa menunaikan janjimu?)

Kamis, Juli 28, 2011

ketika rindu...

Persahabatan laksana kepompong
Bukankan kepompong perlu waktu yang lama, untuk menjadi kupu-kupu yang cantik
Persahabatan juga begitu,
Ia perlu waktu untuk bermetamorfosis, menjadi sesuatu yang indah
Tak perlu bersedih  jika kepompong tak bisa menjadi kupu-kupu yang cantik
Selama dia punya sayap, maka terbanglah ke dunia bebas, bergeraklah lepas, dan gapailah impianmu
Tak perlu sedih ketika sahabat tak sejalan, Karena itu bukan berarti tak sehati
Bukan berarti tak perhati dan mengerti
Hanya ada sedikit perbedaan, yang kelak membuat penerimaan pada hati dan diri masing-masing
Bersama menemukan pagi dan senja
Bersama menemukan jati diri
Persahabatan,
Mengatakan hal yang buruk, namun benar,
meski itu menyakitkan
Untuk sebuah hati agar tetap bersih dan jernih
Menjaga kebaikan untuk sahabatnya yang lain
Tak pernah meninggalkan, meski air mata, hujat benci atau canda tawa yang mengiringi
Dialah roh yang akan selalu ada saat kita tersesat
menjaga kita agar bisa berjalan pulang
Pembawa lentera ketika kita berada dalam kegelapan
menuntun kita agar menemukan jalan-Nya
Sahabat, akan kau temui dalam lorong-lorong hatimu
Yang walau gelap, asal kau mencarinya, dia akan ada
Dan tak kan lekang oleh waktu

**Catatan ketika merindukan sahabatq_EnBi & Ca_Ebhy**

Rabu, Juli 27, 2011

Senin, Juli 25, 2011

sampai suatu hari...

Perpisahan...
Ada yang sedih,
ada yang tersenyum,
ada yang menyesal,
ada yang berlapang,
dengan gemuruh dalam diri tanpa penjelasan
Semua tergantung bagaimana kita merefleksikannya...
Tergantung bagaimana kita memaknai sebuah perpisahan, yang sebenarnya adalah awal pertemuan baru
Atau sebuah cara untuk menjembatani agar kita punya kesempatan untuk bertemu kembali dalam rendevous yang akan terjadi entah kapan disisi waktu yang lain
Memang tidak ada siapapun yang merasa lega ketika berpisah dengan karakter, pribadi atau sosok orang yang dekat, yang menginspirasi, yang menjadi sahabat, saudara sekaligus menjadi musuh
Pasti ada setetes atau dua tetes air kristal bening yang meluncur pada tebing pipi yang berakhir pada bibir yang mengatup tak berucap

Sesak memang,
tapi, satu keyakinan yang akan membuat kita kuat
bahwa suatu hari nanti,di waktu yang lain,
pada keadaan yang pasti berbeda
kita pasti bertemu lagi
sebagai manusia yang lebih baik dan lebih sukses

Dan ketika masa itu datang,
kita akan bersyukur pada masing-masing diri,
bahwa kita adalah bagian dari satu sama lain......

catatan dari Enbi

DIA...
Q.. tahu dgn nada suara milikx..
DIA...
Q.. kenal dekat karena kisahx,,
     
Q...tutup mata
   
tuk dengar dia berkisah...
    Q...pasang telinga
   
tuk nikmati alunan tawax...
dan.....
Tawa..Q pecah.. liat gayanya
Hati..Q perih  bila kecewa menyelimutix..
namun...
All is well tetap jadi smangat..Q
tuk slalu ada di sisi lain hidupx..

       
PEKIK SORAK SEMUA SAHABAT...
       
BILA DIA BERBAGI BAHAGIA
        TANGIS - RINDU - AIRMATA...
        BILA DIA MENIKMATI KESENDIRI

SAAT ini...
Aq senang Dia masih mau berbagi cerita denganQ..
Hingga dimana detik-detik waktu berlalu..
Menghapus setiap mili kisah yg sudah dialami dan terjadi..
   
HINGGA...
Aq PUN tersadar tak semua dapat kurengkuh utuh..
dan Q tlah simpan satu t4 di hatiQ..
yang akan menjadi t4 fav.Q menikmati matahari pagiQ..
dimana semuax terlihat sangat jelas..
cerita yang mengalir.. kisah yg terlewati..
bersama seorang yg ku temukan, memberiq sesuatu yg berbeda..
dan  akan kujadikan ADIK..
slamanya... suka atau ga' suka...
 

Minggu, Juli 24, 2011

lima bulan

Lembah Hijau, 08.00
Perjalanan menyusuri lereng berwarna hijau yang terakhir menuju tempat baru dengan bekal baru.
5 bulan di tempat sejuk ini memberikan banyak hal yang nggak bisa dibayar dengan apapun.
Senang, sedih, marah, jengkel, cemburu, lelah, adalah banyak rasa yang hadir menemani hari-hari di tempat ini.
Diawali dengan siapa anda, dan diakhiri dengan terima kasih sudah menjadi pelajaran kedewasaan bagi kita.
Percaya bahwa, pertemuan bukanlah berakhir dengan perpisahan
tapi, pertemuan akan membawa pertemuan yang lain.
Lain tempat.
    Lain waktu.
Bersama dengan 60 karakter yang harus -mau tidak mau- saling menerima dan memaklumi, belajar untuk mengalahkan dan menekan ego yang ada. Sulit, tapi harus. Hingga akhirnya, ego itu juga yang membuat air mata merambati tebing pipi ketika ucapan "sampai jumpa, sampai ketemu" harus -terpaksa- bergema dari tiap mulut dan jabat tangan.
Sabahat 5 bulan.
Musuh 5 bulan.
Kenangan 5 bulan.
Pelajaran 5 bulan.

Namanya.... Ikhlas

Perjalanan ini dimulai dari Lembah Hijau. Menuju Cipanas dengan menggunakan angkot, yang kemudian disambung ke Cianjur. Nggak sampai disitu, kami masih harus naik bis ke Luewipanjang, lalu naik Damri ke Ledeng, naik angkot ke Lembang, dan akhirnya kendaraan terakhir membawa kami menuju Cikolle.
Perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan.
Namun,
semua itu terbayar ketika kami bertemu dan melihat wajahnya, yang tersenyum senang melihat kedatangan kami. Dengan susah payah, Mbak Titi-orang yang ingin kami temui-menggerakkan tubuhnya menemui kami diruang tamu yang kecil.
Beliau tidak berjalan, beliau menghampiri kami dengan cara duduk sambil menggeserkan tubuhnya. Penyakit Radang Sendi yang divoniskan padanya sejak tahun 1988, menyebabkannya lumpuh. Sehingga, apapun yang beliau lakukan, beliau membutuhkan orang lain.
Yang paling membuat kami kagum adalah, dengan segala keterbatasannya, Mbak Titi mampu mengasuh ke-empat keponakannya dengan hasil uang pensiunannya. Mbak Titi bahkan tidak pernah mengeluh dan marah sama Allah. Beliau bilang, ini adalah wujud rasa sayang Allah padanya.
Banyak hal yang bisa kami-dan mungkin kita- pelajari dari beliau. Ketabahannya, keikhlasannya, dan kesabarannya. Beliau selalu mengingatkan bahwa selalu ada hikmah dari peristiwa yang direncanakan Allah.
Mbak Titi.... inspirator keikhlasan.

Jumat, Juli 22, 2011

Bakso Mas Panut

 Pukul 15.00 di derah Cipanas...

sebuah gerobak Bakso dengan judul "Bakso Mas Panut" bertenggetr di depan Warung Sate 'Shinta' Cipanas. Nah, daripada nggak ada kerjaan nungguin teman-teman yang lagi belanja sepatu di Milano, akupun menghampiri gerobak itu.

"Bakso satu, Pak!" Dan berkreasi-lah sang bapak dengan racikan baksonya.

"Orang Jawa, ya, Mbak?" katanya sambil memberiku semangkok bakso.

"Iya. Kok, tau, Pak?"

"Dari logatnya," jawabnya.

Oh, memangnya segitu kentaranya ya orang jawa kalo ngomong? Tapi, bukannya Cipanas juga termasuk Jawa, meskipun bukan Jawa Timur atau Jawa Tengah?

Cerita Mas-atau lebih cocok dipanggil Pak-Panut menemaniku menghabiskan semangkok bakso.

Dan yang membuatku enak mendengarnya adalah cara dan logat bicaranya.

Mas panut adalah orang Wonogiri, Jawa Tengah yang merantau kemari. Dia punya dua anak. anaknya yang pertama sudah kelas 3 SMA, yang kedua kelas 3 SMP. Kata-kata Mas Panut selanjutnya yang membuatku menghentikan suapan baksoku.

Dia bilang, "kalau punya anak itu jaraknya jangan terlalu jauh, juga jangan terlalu dekat. Kalau terlalu jauh, kasihan nanti kalau orang tuanya sudah tua, dia masih kecil. Saat butuh biaya, kita sudah tidak mampu. kalau terlalu dekat juga kasihan anak sebelumnya. Belum cukup dapat kasih sayang. Ibunya juga kasihan."

Ucapan selanjutnya juga nggak kalah lucu. "Kalau punya anak laki-laki, masuk sekolah nanti harus umur 7 tahun, meskipun anaknya sudah siap sebelum usia 7 tahun. Nah, kalau perempuan umurnya harus 6 tahun. supaya otaknya nggak terlalu ditekan."

Dan Mas panut menyebutkan bahwa apa yang dia ucapkan adalah hasil analisis.

Entahlah. Yang pasti, Mas Panut yang asli Wonogiri adalah orang yang menyenangkan dan tidak melupakan bahasa Jawanya meski sudah 20 tahun merantau -disamping dia jago bahasa Sunda-

dan, baksonya enak.