Minggu, Desember 30, 2012

Insiden Makan Malam

Malam ini Bapak ngajak kami sekeluarga untuk makan di luar. Baru dapat rejeki katanya. Yes, makan lalapan di tempat langganan kami. Pukul tujuh malam, selesai sholat Isya' kami berangkat. Malam minggu ini jalanan seperti biasa. Ramai. Hm, mungkin dua kali lebih ramai karena masih hawa-hawa hari jadi kota ini. 
Bisa bayangin kan? Di kota kecil kayak begini, ratusan manusia campur jadi satu di satu tempat, pake motor yang gasnya di gede-gedein? 

Well, sudahlah, balik ke makan malam. Tempat makan langganan kami tutup. Yeah, tutup saudara! Dan itu bikin kecewa beberap pihak yang sudah membayangkan betapa lezatnya makan ayam goreng pake sambel yang pedes dengan nasi yang masih mengepul asapnya. 

Oke, baiklah, sepertinya memang bukan rejeki kami. So, alternatif ke dua, entah kenapa aku pengen ke sebuah resto di Jalan Kapten Suwandak belakang Pendopo kota. Padahal, kami pernah punya pengalaman buruk dengan makanan di sana. Dan benar saja, begitu kami pesan lalapan, mereka jawab "kosong"!

Bukannya putar balik, kami malah pesan nasi goreng. Sumpah, cuma satu kata yang keluar ketika suapan pertama mampir di mulut. ASTAGHFIRULLAH!! Dan cuma satu rasa yang ada di mulut. Rasa pengen Muntah. Ini makanan nggak pake bumbu kali' ya? Kok cuma asin aja yang terasa. Hadeeeh, sepertinya ini terakhir kali makan di situ. Tidak untuk ke tiga kalinya.

Yang paling bikin berdosa, adalah ketika bayar di kasir. Untuk makanan yang 'kayak gitu', harga yang harus dibayar mahal banget. 105ribu. Padahal cuma nasi goreng, capjay dan udang. 

Tolong, ya, jangan iklan aja yang digemborin. Kualitas di tingkatkan dong! Jangan bikin racun. 

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar