Rabu, Desember 07, 2011

(103) Pentingkah menjadi sosok orang lain?

"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain, berakhlak mulia, mempelajari Al Quran dan mengajarkannya, serta orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya." 
(Rasulullah SAW) 
 
Siang yang terik. Aku duduk di sebuah warung untuk makan siang dengan teman sekantor. Sambil menunggu pesanan datang kami datang, kami saling berbincang berbagai hal. Mulai dari urusan kantor sampai urusan sehari-hari. Duduk membelakangi kami, sekumpulan anak-anak kuliahan.
“Eh, enak, ya jadi Si A... punya pacar ganteng, kaya...bla...bla...”
“Lebih enak jadi Si B, cantik bisa gonta-ganti pacar...bla..bla...”
Dan pembicaraan pun tetap berada di seputaran ‘enak jadi ini’, ‘andai jadi itu’, dan sejenisnya.

Benarkah lebih enak menjadi orang lain?
Atau hanya kelihatannya saja?

Jika kita berpikir bahwa menjadi orang lain itu enak, maka kita belum sepenuhnya menghargai diri kita sendiri. Allah, Tuhan Sang Pencipta, telah memberikan bekal bagi kita sebaik-baiknya bekal untuk dapat hidup di alam-Nya. Kekurangan dan kelebihan masing-masing manusia adalah berbeda. Nobody’s perfect, right? Tapi, bukan berarti kita lebih kurang dari yang lain.

Coba ambil secarik kertas. Tuliskan kekurangan dan kelebihanmu. Lihatlah, mana yang lebih banyak? Sebagian besar manusia lebih banyak menuliskan kekurangannya dari pada kelebihan yang dia punya. Itu karena dia tidak menyadari betapa besar sebenarnya kelebihan yang dia punya.

Aku pun seperti itu. Kadang aku merasa dan ingin menjadi orang lain yang bukan diriku, tanpa pernah kutahu potensi yang ada dalam diriku. Tanpa pernah kusadari bahwa Allah memberikan sesuatu yang besar dalam diriku untuk bisa bertahan, dan menjadi manusia yang bisa memberikan manfaat untuk orang lain.

Tidak selamanya menjadi orang lain itu menyenangkan. Karena kita tidak pernah tahu, apa yang dialami, dirasakan oleh orang lain itu. Taruhlah, tiap orang ingin menjadi seperti Paris Hilton yang bergeliman harga. Apapun yang dia mau, bisa dia dapatkan dengan mudah. Pesta sana pesta sini. Hura-hura dengan teman-teman. Kehidupan yang menyenangkan ketika apapun yang kita inginkan langsung berwujud di depan mata, kan? Tapi, ketika dia terjebak oleh beberapa kasus karena buaian duniawi, masih maukah kita menjadi dirinya?
Atau ingin menjadi seperti Ariel yang dipuja banyak gadis? Lalu, ketika sekarang dia berada di Hotel Prodeo, maukah kita menjadi dia?

Sungguh merasa beruntung sebenarnya, ketika kita menyadari betapa berharganya diri kita...lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihan kita. Bukankah itu sebabnya Allah menciptakan pasangan untuk kita kelak? Yang juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Adalah hakikat manusia untuk saling memenuhi dan melengkapi satu sama lain. Ketika kita sempurna tanpa kekurangan apapun, itu berarti kita tidak butuh siapapun. Lebih enakkah seperti itu? tidak tahu rasanya bersama dan berbagi.

Saat kau mulai mensyukuri dan mengembangkan apa yang sudah Allah kasih untukmu, lihatlah kau akan menemukan hal yang luar biasa yang akan terjadi pada dirimu. Tidak perlu menjadi orang lain. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, tapi bukan berarti lebih sehat, kan? kalau hijaunya buatan, bukankah lebih indah yang walaupun sudah menguning, namun asli. 

Tidak perlu menjadi orang lain untuk bisa dicintai. Hidup dalam bayangan seseorang, hanya akan melahirkan cinta semu dari lawan jenis. Atau pesona semu dari sendiri. Layaknya sebuah kesemuan, hal itu tidak akan bertahan lama. Menjadi diri sendiri malah akan mendatangkan cinta yang luar biasa. Karena menjadi diri sendiri itu adalah kekal, bukan fatamorgana yang hilang ketika kita mulai mendekatinya.
Percayalah, tidak penting menjadi siapa seperti siapa kamu, tapi apakah kamu bisa menjadi manusia yang bermanfaatan bagi orang di sekitarmu saat kamu menjadi dirimu sendiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar