Sabtu, Juli 14, 2012

Balasan Allah Yang Maha Luar Biasa

Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kebaikan, 
maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat.
Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kejahatan, 
maka tiadalah ia dibalasi, melainkan dengan seumpamanya
sedang mereka itu tiada teraniaya.
(Q.S. Al-An’am : 160)

Sebenarnya cerita ini masih seputar pertemuanku dengan Acha. Bahkan berkaitan dengan sehari sebelum pertemuan itu. Saya menceritakan ini bukan untuk menyombongkan diri, hanya ingin berbagi bahwa Allah Maha Pemurah. 
Sehari sebelum berangkat ke Surabaya, saya pergi jalan-jalan untuk beli jilbab. Seharusnya saya keluar sama Ibu, tapi karena ketiduran, Ibu berangkat jalan-jalan sendirian. Setengah jam setelah ibu berangkat, saya bangun, mandi lalu minta ijin sama Bapak untuk keluar beli jilbab.

Sebelum menuju ke toko jilbab langganan, saya mampir-mampir dulu ke beberapa toko untuk melihat-lihat. Siapa tahu ada yang cocok. Tapi, mungkin niat belanja sedang turun, makanya tidak ada satupun barang yang menarik perhatian saya. Alhasil saya beranjak dari toko ke toko tanpa hasil apa-apa.
Puas melihat-lihat, saya kemudian meluncur ke toko tujuan saya. Tidak disangka di sana saya bertemu dengan Ibu yang juga sedang mencari jilbab. Timbang menimbang, pilih-pilih, akhirnya Ibu dan saya mendapatkan jilbab yang kami harapkan. Inisiatif, saya membayarkan jilbab ibu. Berharap ibu senang dengan pemberian saya. 

Esok hari saya berangkat ke Surabaya pukul setengah lima. Di terminal bertemu dengan Mbak Dina dan suaminya, mas Heru. Mbak Dina adalah teman yang saya kenal sewaktu tes kesehatan dan diklat. Bis yang kami tumpangi ini, karcisnya Mas Heru yang bayar. Ketika saya mau ganti ongkosnya ke Mas Heru lewat Mbak Dina, mereka menolak. Wah, terima kasih sekali. Kami berpisah di pintu tol, karena mereka mau meneruskan perjalanan ke Sidoarjo.

Sampai di terminal Bungurasih, saya mencari bis kota jurusan perak yang lewat bawah. Karena jurusan itu nanti yang melewati JW Marriot, tempat Acha menginap. Di tengah perjalanan, ada ibu tua yang naik. Saya lihat semua kursi sudah penuh, maka dengan senyum saya berikan kursi saya pada beliau. Terima kasih, katanya. Iya bu sama-sama, jawab saya. Ketika kondektur itu menarik karcis, ibu tua itu langsung membayari saya. Sebagai ganti kursi, jangan ditolak, katanya. Makanya saya cuma bisa bilang terima kasih.

Sampai di Marriot, sudah istirahat sebentar, saya dan Acha beserta teman-temannya makan di Pecel Madiun Bu Rudy yang terkenal. Yang bayarpun teman Acha. Begitu juga ketika balik ke Bungurasih setelah mengantar Acha dan temannya ke bandara. Mobil hotel itu berkenan mengantarkan saya ke terminal. 

Di terminal, saya bertemu dengan Asepta, teman sekolah dulu, yang sekarang bekerja di salah satu surat kabar Surabaya. Kami berbincang banyak sepanjang perjalanan. Saya banyak belajar dari dia tentang proses sebuah surat kabar, dari mulai 'janin' hingga 'terlahir' sampai bagaimana menulis itu seharusnya. Dan dia juga yang membayari saya ongkos pulang.^,^

Kalau dipikir-pikir, saya sama sekali tidak mengeluarkan uang untuk perjalanan ini. Subhanallah. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Apakah karena saya membelikan ibu jilbab? Ataukah niatan saya untuk menjalin silahturahmi dan tulus ingin bertemu dengan saudara saya?
Entahlah... 

Yang jelas, Alhamdulillah sekali. Apakah Allah membalas amalan saya atau merestui perjalanan saya, yang pasti sepanjang perjalanan saya bersyukur tiada henti. Balasan yang Allah kasih, benar-benar tak terduga dan luar biasa. >,<

1 komentar:

  1. Syukurlah kalau begitu, mungkin semua itu bentuk nikmat rizki dari Allah yang datangnya dari arah tak disangka-sangka.

    BalasHapus