Sabtu, Mei 04, 2013

Menjelang Hari Lahirku

Menjelang 28 tahun usiaku ini, aku sedikit terdiam. Apa yang sudah kucapai selama ini ya? Kalau dipikir, sepertinya belum ada capai. Maksudnya belum ada yang begitu berarti. Hahaha, maaf, maaf... bukan berarti aku tidak bersyukur dengan apa yang aku  dapatkan selama ini. Ini lebih kepada 'kepuasan hati'. Di usiaku yang segini, saya belum menikah dan belum mampu 'menulis' apa-apa. 

Oke, baiklah. Menikah mungkin adalah tulisan Yang Maha Hidup. Aku memaklumi itu. Karena itu aku tetap bahagia meski masih belum bertemu dengan sang tulang punggung. Sepertinya aku memang tidak seantusias dulu dalam hal pernikahan. Menyadari bahwa begitu banyak sahabat yang menyayangi aku hingga usia segini adalah hal yang patut saya syukuri. Alhamdulillah. 
 
Hari lahirku sekarang, aku rayakan di kota Malang. Tidak, tidak ada perayaan istimewa. Kebetulan saja merayakan di sana. Sekalian mengantarkan si bungsu ke tempat kosnya. Dia baru saja menjalani tes di Surabaya. 
 
Hari Sabtu pukul setengah 1, kami beranjak dari kota Surabaya ke kota Malang. Setelah sebelumnya kami makan di Pizza Hut. Ah, makan di tempat ini mengingatkanku pada masa lampau, saat seorang teman mengajakku makan di Pizza hut sebagai pelunasan janjinya. Bukan di Surabaya, di kota yang berbeda, namun dengan perasaan yang sama.
 
Di Malangpun, aku mengajak si bungsu makan disebuah tempat yang menjadi langgananku saat masih kuliah. Enak dan murah. Warung Bambu, namanya. Terletak di samping ITN Malang. Dan bungsu sempat tak percaya bahwa yang kami makan tidak menghabiskan uang lebih dari jumlah pulsanya tiap minggu. Hahahaha. Murah meriah. 
 
Setelah makan, bungsu mengajakku ke sebuah mall di kota ini. Dan di sana, dia menawarkan sebuah hadiah untukku. Sempat bingung juga saat harus mengatakan hadiah apa yang aku inginkan. Bingung karena yang menanyakan adalah anak ingusan yang belum bisa mencari uang sendiri, tinggal merantau jauh dari rumah. Akhirnya, aku memutuskan minta jam tangan. Tapi yang murah, tal boleh lebih dari 50 ribu. 
 
Setelah itu aku mengantarnya ke kos. Aku balik ke rumah Niskha pukul 9 malam. Rumah itu selalu aku tuju dan diami kala aku berada di Malang. Aku tidak bisa ngobrol dengan Niskha karena dia sedang berada di Blitar. Malam jam 12 baru pulang. Karena itu, aku langsung beranjak tidur. Tapi, mata ini tidak bisa diajak kompromi. Memejamkannya susah sekali. Mendadak aku merindukan si bungsu. Mengingat bahwa aku tak pernah jalan berdua dengannya ke tempat yang baru. Malang dan Surabaya adalah tempat baru baginya, yang tak pernah keluar kota. Saat aku sadar betapa aku menyayanginya, aku meneteskan air mata. 
 
Pukul 12.00, artinya usiaku sudah berkurang setahun lagi. Aku memohon agar apa yang kucita-citakan bisa menjadi nyata di usiaku ini. Semoga.
 
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar