Kamis, September 15, 2011

Moluccas

Ambon...
Ambon manise...
Moluccas...
Whatever you named it!
Ambon tetop daerah Seribu Pulau
yang berdiri gagah di tengah-tengah antara sirkum pasifik dan sirkum mediteran
bentangan flora dan fauna yang tak terbantahkan keindahannya
tak bisakah semua menjadikan ambon tak bercerai?
Deru peluru menusuk menukik dalam jiwa yang ketakutan
Menyisakan tubuh yang goyah terlunta dan melangkah dengan tertatih
Jalanan kian sepi
Menyisakan ruang kosong untuk teriakan yang tak berujung dan tak berpangkal
Anak kecil tak lagi berani berlari gembira
Tak ada lagi layang-layang yang terbang tinggi menggapai awan
Hanya ada gelap yang kelam
Ambon itu manis... tanpa air mata, tanpa darah, tanpa teror
Kenapa harus ada perang?
Kenapa harus ada permusuhan?
Semua seakan hadirdengan ribuan pertanyaan yang tak pernah terjawab
Aku ingin berlari dan berteriak
Perang, kelahi tak akan mengundang manfaat apa-apa
Semua hanya tentag tangis, cekam, teriakan, kecewa, dan semua yang membalut luka
Adakah dari mereka, yang memegang senjata, mendengarnya?
Adakah dari mereka, yang berbau mesiu, mengerti?
Ataukah semua itu memberi Ambon kesempatan untuk menjadi kuat
Seperti mentari yang akan muncul setelah badai?
Atau, justru membuat Ambon mati?
Generasi muda...
Berkenankah kau menjadi matahari...
Yang akan menyinari bumi Ambon tanpa diminta
Agar damai dan cinta dapat tumbuh dan bertahan di tanahnya
Agar asa dan mimpi dapat berjalan tenang tanpa rasa takut
Agar perang dan tikai dapat terlupakan dan terlewatkan
Terbangkan kembali layang-layangmu
Ke langit tinggi yang jauh di sana ‘tuk sampaikan salam perdamaian di seluruh negeri
Berhembus bersama angin dan awan
Bisikkan rasa kasih kepada mereka, hingga dapat dibuka mata menatap indahnya dunia
Lantunkan kerinduan di tiap hati hingga dapat lahir perasaan saling membutuhkan
Benahi jiwa agar dapat memaknai rasa kebersamaan dan saling menghargai
Seperti sinar matahari yang membakar
Memberi arti bagi kita untuk mensyukuri malam yang mengetuk dengan bintang-bintangnya
Bagai dinginnya malam yang sanggup menggigilkan raga
Membuat kita merindukan kehangatan sang Surya di ufuk timur
dan akhirnya semua kebahagiaan akan menyertai bumi Ambon Manise

3 komentar:

  1. Uhf, miris melihat kondisi dunia, khususnya negeri ini... sungguh, apakah Tuhan sangat suka peperangan?

    BalasHapus
  2. wow, orang jawa berbicara "cinta" tentang ambon.
    sumpah... mba vina bikin "mata saya berkaca-kaca".

    BalasHapus
  3. hehe..
    karena disana ada orang2 yang ku sayangi... ada Eby sekeluarga, tanahnya bang roe juga kan, tanahnya sitti, tanahnya Acha... pokoknya tanah saudara2 baruku...

    BalasHapus