Jumat, Mei 25, 2012

(274) Dia

Aku ingin berteriak sekerasnya. Memanggil namanya. Agar dia tahu, bahwa aku tidak pernah lupa padanya. Ya, bahkan ketika berkenalan dengan orang lain, tetap tak bisa mengusirnya dari ruang hatiku.
Aku ingin berkata padanya, jika kau tak bisa menetap maka kuharap kau bisa pergi. Jangan terlalu lama berdiam di hatiku, atau kau akan meninggalkan bekas yang tak terkira sakitnya.
Aku ingin berkata padanya, jika kau hanya mampir seperti kebanyakan orang, tolong jangan meninggalkan bekas yang sulit kuhapus, karena itu akan membuatmu kekal di dalamnya.

Tapi tak bisa dan tidak pernah bisa kukatakan. Tak tahu kenapa aku masih saja berharap. Meski harapan itu mungkin kecil, bahkan saking terlalu kecilnya hingga nyaris tidak ada. Tapi, apa salahnya berharap pada orang yang tidak mengharapkan kita?? Memikirkan orang yang tidak pernah memikirkan kita?? Apa salahnya? Tidak ada. aku bahkan menulis kembali sebuah buku yang mengisahkan tentangnya. Buku ketiga, masih tetap tentang dia.

Lagi-lagi aku merasa sakit. Sakit luar biasa tanpa tahu kenapa. Bukan lagi karena masa lalu yang selalu membuatku menggelengkan kepala. Tapi, justru masa sekarang yang mungkin akan berimbas pada masa depan. Ah, bicara masa depan, aku ragu. Ya, hanya bisa berharap Tuhan tetap berkenan mendengar permintaanku. Pinta yang sederhana. Pinta antara aku dan Dia.


Sekali lagi, aku meminta pada-Mu.... dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar