Tugas
Ramadhan hari ke 10 ini sungguh menyenangkan. Karena kita diajak berimajinasi,
seandainya kita punya serbuk ajaib, semisal milik peterpan yang bisa bikin kita
terbang dengan pikiran bahagia kita. Tapi bedanya, serbuk ini bukan bikin
terbang, melainkan bisa menambah energi dan doa yang kita panjatkan atas orang
tersebut bisa dikabulkan. Hebat, kan?
Nah,
aturannya, serbuk itu hanya bisa berfungsi ketika kita sangat berterima kasih
pada seseorang dan mendoakan dengan tulus bagi orang tersebut.
Oke, saya
mulai dari saya bangun tidur sahur, ya.
Serbuk pertama, tentu saja tanpa berpikir panjang
saya akan menyebutkan namanya. Ibu. Yang padanyalah surgaku kutitipkan.
Kesabaran, ketegaran, dan kegigihannya yang luar biasa untuk membesarkan anak
macam kami (saya bersaudara^^) patut diacungi jempol. Cling.. cling... saya taburkan serbuk itu dengan doa semoga Allah
senantiasa mendampingi beliau sampai kapanpun. Memberikan extra tenaga, sabar,
ikhlas bagi ibuku yang cantik =)
Serbuk kedua, Mbak Mima, pembantu di rumah yang
selalu bikin rumah menjadi bersih bersinar (ciee..iklah nih ^^) Nggak pernah
mengeluh, bukan karena ini sudah tugasnya, melainkan karena keikhlasan
melakukan itu semua sebagai kewajiban. Semangatnya setiap pagi menular padaku,
ketika aku mulai lelah dan jenuh dengan pekerjaanku. Menaburkan sambil berdoa
semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan baginya dan keluarganya.
Serbuk ketiga, buat pak tukang sampah, yang sudah
hampir sepuluh tahun dengan setia dan rela berkotor-kotor ria untuk membawa
sampah dari bak-bak sampah depan rumahku. Aku menaburkan serbuk ini seraya
berdoa semoga Allah memberinya rejeki yang barokah bagi dia dan keluarganya. Juga
untuk pak Mukid, orang tua renta
penjual barang dapur (sendok, serok, sikat, gayung, dan sebangsanya) yang tak
mengenal lelah memanggul barang tersebut demi mencari rejeki tanpa harus
meminta-minta. Aku selalu merasa malu jika bertemu denganmu yang selalu
bersemangat dan bersyukur. Sedang aku, masih saja merasa kurang dan kurang. Terima
kasih, terima kasih, terima kasih, untuk pelajaran yang tanpa sadar sudah kau
ajarkan untukku. Aku taburkan serbuk ini
sebanyak yang aku bisa, demi melihatmu selalu sehat, bahagia, tersenyum, dan
selalu dalam penjagaan Allah.
Serbuk keempat, teruntuk pak Ilyas dan pak Edi. OB
dikantor yang siap membantu saya mem-fotocopy-kan berkas, membuatkan teh dan
kopi, mengambilkan kertas jika saya kehabisan pas lagi nanggung nge-print. Yang
selalu tersenyum setiap paginya. Saya taburkan serbuk ini seraya berdoa semoga
semangat dan senyum itu nggak pernah hilang dan selalu mereka hadirkan dalam
kantor yang memacu stress ini. Terima kasih bantuannya selama ini. Terima kasih
untuk senyum tulusnya. Aku berharap, semoga ucapan terima kasih yang tulus,
yang kadang kami sampaikan, bisa sedikit membuat senyum dan semangat bapak
tetap berkembang. Untuk saat ini, hanya itu yang bisa kami berikan.
Serbuk kelima, Teman-teman kantor, para penyuluh
(Elok, Dinta, Endra, Inggrid) yang selalu tertawa dan stress bersama. Nelongso bareng demi tugas negara J Terima kasih untuk kehadiran kalian dan kebersamaan
ini. Serbuk ini kau taburkan sambil terucap doa semoga Kebahagiaan selalu
menyelimuti kalian. Selalu sehat bagi keluarga dan orang yang kalian cintai.
Hm, belum
puas rasanya berbagi bahagia. Serbuknya juga nggak habis-habis, sih J
Aku mau
terbang saja ke Makassar dan menaburkan serbuk ini pada saudara terhebatku, nadeth birana. I miss her so much.
Doaku semoga dimanapun dan apapun yang dilakukan, dia selalu dalam
lindungan-Nya, selalu sehat dan bahagia. GBU, sist.
Terus,
lanjut terbang ke Ambon, bertemu dengan ‘istriku’ Febry Waliulu, Chalied, Caca, Keluarga besar Waliulu. Semoga serbuk
yang kutaburkan membawa kebahagiaan dunia akhirat untuk seluruh saudaraku di
Ambon ini. Miss u soo.... Berharap suatu hari bisa bertemu.
Terbang lagi
ke Ciloto. Di hotel Lembah Hijau
yang aku huni lima bulan. Bertemu dengan orang-orang yang bisa membuatku nyaman
dan betah dengan alam baru. Pak Asep, security
yang murah senyum. Mas Cleaning Service,
yang selalu sabar membereskan kamar yang aku berantakin. Mas dan Mbak di resto, yang siap
memenuhi menu yang kami inginkan. Terima
kasih, terima kasih, terima kasih.
Naik busway
keliling Jakarta. Menaburkan serbuk untuk bang
Roe, acha, nizka, zamah. Terima kasih untuk kebaikan yang sudah kalian
tabur dan berimbas luar biasa bagiku. Serbuk ini, semoga kebahagiaan dan
kebaikan selalu menyelimuti kalian, Saudaraku.
Kemudian,
mungkin serbuk yang masih banyak aku gunakan untuk menaburi sahabat-sahabat
yang tak terkira jumlahnya, yang kehadirannya membawa makan masing-masing dalam
hidupku. Aku doakan semoga kebahagiaan selalu menyertai hidup mereka. Bagi yang
belum menikah, semga cepat dapat jodoh. Bagi yang sudah menikah tapi belum
dapat momongan, semoga Allah mengaruniai seorang bayi. Bagi yang keluarga
kecilnya sudah lengkap, semoga Allah selalu menjaga mereka.
Lalu, untuk
dia-yang-namanya-tak-boleh-kusebut (hahay...) Terima kasih untuk ‘pelajaran
menjadi dewasa’ yang kau ajarkan buatku. Sengaja atau tidak sengaja. Sadar atau
tidak sadar. Serbuk ini kutabur dengan doa semoga kaupun selalu bahagia.
Alhamdulillah
Ya Allah
Alhamdulillah
Ya Rabb
Alhamdulillan
Ya Rahman Ya Rohim
NB. Syukur
hari ini:
-
Alhamdulillah bisa beli meja lipat, jadi kalau ngaji nggak lagi bungkuk dan
bisa lebih lama
-
Alhamdulillah bisa beliin adik pulpen, nggak seberapa sih, tapi semoga
berguna J
-
Alhamdulillah jam delapan malam, tukang potong langganan masih buka, jadi bisa
potong rambut
-
Alhamdulillah bisa telepon Nadeth
-
Alhamdulillah punya waktu buat nge-pel rumah
-
Alhamdulillah tulisan udah mau kelar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar