Pertemuan pertama di saat jam makan siang. Lelaki itu datang dengan wajah berseri. Tubuhnya tinggi tegap, sekitar seratus tujuh puluh lima sentimeter, badannya juga proporsional. Menyelami beberapa orang yang ada di warung makan itu, yang kebetulan memang (mungkin) dia kenal. Setelah itu langsung menuju meja perempuan berjilbab itu.
Mereka saling bersalaman, dan saling menyebutkan nama. Wajahnya tak pernah lepas dari senyum. Sejuk sekali. Begitupun dengan sang perempuan. Cara bicaranya juga menyenangkan. Entah apa karena awal pertemuan, atau memang begitu sifatnya.
Lelaki itu, awalnya dikenalkan oleh teman kerja sang perempuan sebagai keponakannya. Seharusnya mereka bertemu jauh sebelum hari ini, bahkan sebelum lelaki itu berangkat umroh. Namun, mungkin Sang Maha Hidup mempunyai rencana yang lebih indah, hingga mempertemukan mereka hari ini.
Percakapan terjadi, diiringi oleh tegukan kopi yang hangat. Tidak tahu karena kafein yang ada dalam kopi atau tatapan yang meneduhkan, membuat keduanya tetap semangat, meski waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Jam tidur siang.
Akan jadi apa selanjutnya pertemuan itu, hanya Tuhan Sang Maha Berkehendak yang tahu. Sang perempuan tak lagi mampu berharap yang terlampu jauh dan tinggi. Pun belum ada rasa yang muncul memang dalam hatinya untuk lelaki di hadapannya ini. Perasaan si lelaki-pun tak jauh beda. Kalaupun tidak bisa menjadi jodoh, maka sahabat akan dipilih sebagai nama lain dari hubungan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar