Hari ini tepat setahun yang lalu perpisahan kami. Pukul delapan pagi, kami dikumpulkan dengan perasaan tak menentu di sebuah ruangan gedung yang besar. Perasaan yang berbeda meski sama tak menentunya dengan lima bulan sebelumnya. Kalau lima bulan sebelumnya, perasaan itu lebih karena memasuki dunia dan suasana baru. Sekarang perasaan itu lebih berarti bahwa aku akan keluar dari dunia dan suasana yang selama lima bulan ini sudah membantu 'pertumbuhan'ku.
Akan banyak nama yang tinggal dan menetap diruang hati ini, sebagai bagian dari proses suatu pendewasaan. Dan aku yakin, nama itu sebagian akan menetap selamanya.
Febry Waliulu, perempuan sahaja nan luar biasa, adalah nama pertama yang kusebut, yang namanya bisa aku jamin tak akan pernah aku lupakan. Dia, membantuku menghapus sebagian sifat burukku, selalu berbagi tawa dan ucapan yang menyejukkan. Aku ingat ketika kita jalan-jalan ke pasar Cipanas, cuma untuk cari suasana baru, setelah seminggu bertatap muka dengan pelajaran. Aku ingat ketika hari ulang tahunku yang ke-26, kamu ikutan menyiram tepung, telur, dan air. Bukan dengan jengkel, melainkan dengan rasa sayang yang sangat. Dan aku merasakannya. Aku ingat ketika minggu-minggu terakhir, kita sering main kartu UNO. Dengan tawa, yang saking semangatnya, sampai membahana di lorong lantai dua. Eby, aku merindukan itu. Kapan bisa kayak gitu lagi, ya? ^_*
Niskha Sandriana, perempuan cerdas yang bijak. Teman sekamar yang namanya sudah terpaten dalam hatiku. Dia tak pernah marah meski aku sangat cerewet dan kadang menunjukkan rasa kesal padanya. Dia tetap bijak, seolah dia memang tahu, bahwa dia tengah menghadapi anak kecil yang berjiwa labil. Mungkin karena dia sudah mempunyai buntut 3 orang ya?? Hahaha. Aku sangat merindukannya. Aku ingat saat dia menelpon anak-anak dan suaminya, betapa keibuannya yang luar biasa membuatku iri dan cemburu. Aku ingat ketika dia mengajariku tentang pelajaran-pelajaran di tempat itu dengan sangat sabar. Membantuku juga 'sembuh' dari penyakit masa lalu, beradaptasi dengan tempat yang baru. Really, i miss her so much....^^
Bang Ben, seorang yang awalnya tidak kusukai karena sifatnya yang terlalu seenaknya sendiri dengan kepedean tingkat tinggi, namun berbalik menjadi orang yang paling kusukai sata aku sudah mengenalnya dan menghabiskan waktu banyak bersamanya sepeninggal Nadeth birana. Aku ingat setiap ceritanya tentang Cece-istrinya, dan harapannya untuk segera mempunyai momongan. Aku selalu mendoakan itu, bang. Aku ingat kita selalu cari lalapan di cipanas, meski jaraknya tidak dekat dari lembah hijau. Aku ingat kita makan di saung, pas gerimis, setelah beli lalapan dan minta nasi di resto hotel. Aku ingat, hari terakhir, bang ben selalu menemaniku.
Masih banyak nama yang tak mungkin tersebut di sini. Terlalu panjang untuk menjabarkannya. Ada bang Zap, lelaki dewasa yang membuatku merasa nyaman bagai anaknya. Omongannya juga selalu lucu disertai tingkah polahnya yang kadang nggak masuk akal, hahaha. Bang Allone, seorang kakak laki-laki bagiku. Hubungan intimnya dengan komputer, atau benda elektronik lainnya, membuat dia menjadi tempat bagiku untuk belajar masalah komputer. Dia sering juga menemaniku kemanapun aku mau. Selalu membuatku santai dengan sifat santainya. Bang Tewe, kesabarannya yang selalu meau mendengarkan keluh kesahku, curhatku yang nggak jelas, dan tiada henti memberiku nasehat.
Subhanallah, ketika aku mengingat semua itu, air mata selalu menetes, menghamba dan mengharap dapat bertemu lagi dengan orang-orang yang luar biasa itu. Ya, niat yang tulus, disertai keyakinan bahwa apapun bisa terjadi, InsyaAllah Allah akan memudahkan jalannya. Membantu mempertemukan silahturahmi itu suatu hari nanti.
Semoga secepatnya kita bisa bertemu, saudaraku.
Dan kita yang selalu bikin mukhsin geleng geleng kepala dengan kisah cinta terlarang kita. di tempat itu, kita punya banyak saudara yang masing masing memberi cerita. masing-masing menghuni satu ruang di hati kita. Kita akan bertemu lagii dengan izinNya sayang...
BalasHapus