Senin, Maret 25, 2013

catatan untuk seorang Ebi

Allah Maha Mengetahui umur seseorang. Sekali lagi aku mengatakannya. Setelah tanggal 5 kemarin aku mendengar seorang teman kehilangan suaminya, belahan hatinya, sekaligus tulang punggungnya, Jum'at kemarin tanggal 22 Maret 2013, aku kembali mendapat kabar dari seorang teman (perempuan lagi) bahwa dia kehilangan janinnya saat janin itu berusia hampir 4 bulan.

Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Berkehendak..

Aku ingin bercerita tentang perempuan ini. Namanya Febri Waliulu, Nona Ambon yang kukenal hampir 2 tahun yang lalu. Saat itu aku dan ebi-panggilannya- tengah sama-sama mengikuti sebuah pendidikan beasiswa non gelar dari Kementerian Perindustrian di Puncak Cipanas.
Hotel Lembah Hijau, Ciloto, menjadi saksi kebersamaan kami. Awalnya aku benar-benar tak berminat mengenalnya. Kamarnya yang berada di lantai dua dan jauhnya tempat duduk kami ketika di kelas, tak pernah membuatku membayangkan bahwa dia akan menjadi sosok yang sangat berpengaruh bagiku.  

Lalu, dua bulan disana, barulah kami dekat. Bercerita tentang tempat kelahiran masing-masing. Dan saat perpisahan, sambil berpelukan kami saling mengucap janji bahwa suatu hari kami akan bertemu kembali dibawah langit Allah.

Aku menyesal saat tidak bisa hadir di pernikahannya pada bulan Desember 2011 lalu. Tapi, aku senang bahwa bingkisan dan coretan yang kukirimkan untuknya membuatnya bahagia. Lantunan doa yang kupanjatkan semoga juga kelak mengiringi perjalanannya dengan sang suami.

Ebi sangat menginginkan seorang bayi. Dan begitu tahu dirinya hamil, aku bisa merasakan betapa bahagianya dia.
Aku mau bikin tulisan semacam diary gitu, Vin, yang menceritakan tentang perjalanan kehamilanku. Itu adalah ucapannya saat aku menelpon pada bulan Februari, empat hari sebelum kontrolnya.
 
Tepat hari Jumat pula, sebulan kemudian (bulan ini), aku kembali menelponnya. Bukan lagi dengan senyum merekah, tapi dengan rasa sedih yang menusuk. 
Ebi bercerita, kontrol bulan Maret ini dokter menemukan bahwa janin yang dikandungnya sudah meninggal. Dan ternyata dari diagnosis yang dilakukan, janin itu meninggal selama sebulan. Astaghfirullah, tercekat aku mendengarnya.

Terlebih ketika dalam satu bulan tidak ada perubahan pada tubuh Ebi. Bahkan menurut medis, harusnya janin yang meninggal dan tetap didalam tubuh ibunya dalam waktu yang lama akan menyebabkan keracunan pada ibunya. Tapi, kasus Ebi berbeda. Entah apa yang menyebabkan, tapi tubuh Ebi benar-benar sehat. Tak ada gangguan apa-apa dalam organnya. Sehat, baik-baik saja, itu yang dirasakan Ebi. Karena itu, dia tidak tahu jika janinnya sudah meninggal satu bulan.

Ebi, perempuan luar biasa. Dengan senyuman dia berserah sepenuhnya pada Sang Khalik. Dan aku belajar darimu itu, Saudariku,
Semoga janin itu akan membawamu ke surga Allah. 
Semoga Alla juga segera memberikan penggantinya. 

Amin, amin, amin Ya Rabb.......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar