Di kotaku akan ada peringatan Harjalu ke 756 tahun (kalau nggak salah, sih) :P. Nah, Harjalu sendiri adalah singkatan dari Hari Jadi Lumajang a.k.a Hari ulang tahunnya kota kecil ini. Salah satu acara yang peminatnya nggak sedikit (menurut info sekitar 2778 orang) adalah jalan santai Candil. Jalan santai ini adalah jalan mulai dari Candipuro (sebuah desa kecil yang hampir mendekati ujung kota Malang) sampai Alun-alun Lumajang. Dan itu jaraknya kurang lebih 27 km.
Peserta mulai beregu sampai perorangan. Mulai anak SMP sampai manula usia 60 tahunan. Aku kebetulan menjadi seksi konsumsi untuk orang-orang kantor yang mengikuti acara ini. Hm, melihat mereka berjalan kok sepertinya enak, ya? Jadilah, 5 km sebelum pos pertama aku memutuskan untuk ikut berjalan dengan grupku. Aku mengikuti dari belakang bersama teman satu kantor yang kebagian tugas membagi konsumsi juga.
Dan, hasilnya, MasyaAllah ternyata nggak seenak dan semudah yang kubayangkan. Apalagi yang diikuti adalah bapak-bapak yang memiliki kaki-kaki panjang, Jadilah kami lebih sering ketinggalan dan terpaksa harus setengah berlari.
"Ini, sih bukan jalan santai namanya, tapi lari kecil," ucapku.
Tiba di pos pertama dengan nafas terengah-engah dan kaki yang lecet (manja banget, yo!) membuat kami memutuskan untuk lebih baik kembali naik mobil saja (hehehe).
Dan ternyata, lebih enak dan mudah jalan sendiri daripada beregu. Pasalnya, kalau kita berjalan sendiri, irama terserah kita. Langkah juga sesuai dengan kemampuan kita. Sedangkan jika berjalan beregu, harus ada kesamaan irama satu orang dengan lainnya.
Satu hal pemandangan yang membuat kami terbakar semangat. Bapak-bapak dari grup perorangan yang terbilang manula, mampu berjalan dengan semangat penuh, tanpa mengenal lelah. Dan kalaupun lelah, beliau-beliau memutuskan untuk istirahat sejenak. Namun, tidak memutuskan untuk berhenti.
"Biarpun pelan, yang penting sampai finish. Kalaupun nggak dapat hadiah, nggak apa-apa, yang penting dapat piagam. Nanti, kan bisa dibuat kenang-kenangan," ucap salah satu bapak yang kutanyai saat beliau istirahat.
Hah? nggak salah nih, hanya untuk piagam, rela jalan segini jauh. Mungkin, mereka memang mantan pejuang. Penghargaan negara adalah hal terpenting. Salut untuk bapak-bapak yang telah 'mengalahkan' anak-anak muda seperti saya (ciee!! muda???)
Hm, jalan 27 km? Mau mencobanya bersaing dengan bapak-bapak manula??
didaerahku juga sering diadain jalan santai seperti itu,tp ga sampai 27km,hmm....bisa pingsan dulu baru bisa nyampe...
BalasHapusHahaha... kan ga jalan terusan, Mbak... ada istirahatnya, hehehe... tapi, emang c ga kebayang harus jalan segitu...
BalasHapus