Tanganku kembali menari di atas keyboard laptop ini. Namun, entah kenapa aku tidak begitu menyadari apa yang sebenarnya aku tulis? Mungkinkah sesuatu yang bermanfaat? Atau hanya sebuah curahan hati yang cengeng dan lebih pantas bila aku menyimpannya sendiri di dalam hati?
Ah, entahlah. Hanya saja, ketika aku meluapkannya hanya melalui sebuah coretan, aku sudah merasa tenang. Walau aku tak pernah tahu, adakah makhluk yang menjamahnya? atau sekedar meliriknya? dan itu, tetap saja bisa membuatku tenang. Aneh, ya?
Begitulah aku -dan mungkin juga bisa jadi pada sebagian orang. Saat tak tahu kemana akan mengeluh, coretanlah yang menjadi sasarannya. Karena kadang, teman tak selamanya ada di samping kita, karena bagaimanapun mereka juga punya kehidupan sendiri. Tapi sebuah buku dan pulpen? Mereka bisa selalu ada tiap kali kita butuhkan.
Sebenarnya, aku menuliskan atau mencoretkan sesuatu adalah untuk sebuah kenangan suatu hari nanti. Ketika aku tak ada lagi di tempat ini. Ketika aku telah meloncat ke tahun berikutnya. Ketika usiaku sudah berkurang. Ketika ingatanku tak lagi kuat saat senja nanti. Ketika, sebuah cerita masa lalu hanya menjadi cerita, yang kadang dilupakan atau terlupakan.
Ketika semua itu terjadi, maka sebuah buku catatan akan menjadi video bisu bagiku. Video tanpa visual. Video tanpa musik. Hanya saja semuanya akan bermain melebur menjadi satu sinetron dalam khayalku. Dalam benakku. Dalam ingatanku. Maka bagiku, tidak akan ada kenangan yang terlupakan selama aku sanggup untuk selalu menorehkannya dalam sebuah tulisan. Biarkan hanya aku yang membaca, biarkan hanya aku yang mengingat. Karena itu semua memang hanya tentang aku, dia, dan mereka yang berada dalam area hidupku.
Jadi, tidak pernah ada yang salah dengan sebuah catatan.
Yang salah adalah, ketika kita hanya menulisnya, tanpa ada ingin untuk membukanya seuatu hari nanti.
Yang salah adalah, ketika kita tidak pernah bisa belajar dari catatan yang kita buat sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar