Kembali mencoba berdzikir mengucap nama 'Allah'. Hanya dengan begitu, jiwaku tak akan kosong. Karena Kacau dan Galau akan datang ketika suatu tempat di dalam hati dan pikiran ini kosong. Tempatkan Allah selalu dalam hati, pikiran, dan lisan ini, adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan ketenangan.
Pengetahuan baru yang kudapat, ketika beberapa hari lalu berkunjung ke rumah seseroang, bahwa, dalam waktu 24 harusnya kita berdzikir mengucap 'Allah... Allah... Allah.. dst' adalah DUA PULUH EMPAT RIBU KALI, atau beliau menyebutnya, Dzikir Nafas. Sepertinya mudah, tapi ternyata tidak semudah itu. Bahkan bisa dikatakan sulit. Mungkin karena belum terbiasa. Karena itu, aku ingin mulai membiasakannya, agar Allah selalu hadir dan menemaniku.
Dzikir Nafas... seraya tiap nafas yang keluar dan masuk adalah mengucap nama Allah. Segala apapun yang tengah dilakukan disertai dengan nama Allah. Pertanyaan sekarang adalah, BISAKAH? Mungkin ketika dalam keadaan 'terjatuh', susah, rapuh, atau apapun keadaan yang membuat kita terpuruk, manusia akan kembali pada yang Maha Pengatur Segala. Melakukan apapun yang bisa mendekatkan diri kita. Tapi, bisakah ISTIQOMAH?
Tetap melakukannya meski kita sudah diberi rejeki dan kesenangan kelak. BISAKAH?
AKu berpikir mungkin hanya saat ini saja, saat masalah menderaku, aku kembali pada-Nya, tapi ketika masalah itu selesai, dan kenikmatan datang, masihkah aku mengingat -minimal- Dzikir Nafas ini. Tetap menyertakan Allah dalam tiap langkahku??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar