Rasa rinduku padanya membuatku selalu meneteskan air mata dalam setiap sujudku. Berharap suatu hari Allah Sang Maha Berkehendak akan segera mempertemukan kami, di bawah langitnya. Ya Rabb, aku mohon kesempatan untuk segera berjumpa dengannya. Tidak hanya memberinya kekuatan, tapi lebih untuk berbagi rasa dan asa. Karena kekuatan itu sendiri sudah terhujam kuat dalam hatinya. Dan tulisan di bawah ini adalah bukti betapa kuat, ikhlas, dan hebatnya perempuan ini. Dengan membacanya, aku berharap bisa menjadi perempuan sekuat dan setabah dia. Dengan membacanya, aku berharap suatu hari Allah akan mempertemukanku dengan lelaki seperti suaminya. Dengan membacanya, aku berharap Allah mencintaiku seperti Allah mencintainya.
Tulisan di bawah ini adalah curahan hati atas kerinduannya.
Bernanah Merindumu
Anakku sayang,Apa kabarmu disana? Ummi kangen kamu nak. Mata ini masih saja terus berair bila mengingatmu. Hati ini masih saja seperti teriris setiap melihat atau mendengar sesuatu tentang bayi dan kehamilan. Ummi kangen kamu nak.
Sayangku,
Ummi bukan tidak ikhlas melepasmu. Bukan seperti itu sayang, jangan sedih ya. Ummi ikhlas melepasmu, apalagi abi-mu sungguh luar biasa hebatnya menyuntik pikiran postif dalam hati dan ppikiran ummi. Tangisan ummi bukan tangisan penyesalan apalagi ketidakikhlasan. Tangisan itu adalah tangisan rindu. Menyuruh ummi berhenti menangis sama saja menyuruh ummi berhenti merindumu. Tidak mungkin, sayang
Kadang ummi bertanya tanya, kenapa kau tak mau berlama lama di perut ummi, lalu ummi lahirkan lalu kita saling membalas senyum. Tapi, ummi tahu kamu tak bisa menjawabnya karena hanya Allah-lah yang tau kenapa kita tak bisa saling membalas senyum dan saling memeluk. Ummi kangen, nak..
Anakku,
Boleh ummi cerita sedikit tentang hari hari ummi tanpamu? Redup rasanya nak. Tapi kau tahu, abi-mu lah pelitanya. Abi-mu lah yang menjadi malaikat dalam hidup ummi. Menjadi pria yang sungguh luar biasa mendampingi ummi. Ummi bangga telah memilih lelaki hebat untuk menjadi ayah dari anak anak ummi kelak, insyaAllah.
Nak,
Ummi tahu, kepergianmu menyisakan sakit dan sesak di hati abi-mu. Tapi ia tak pernah menunjukkannya. Berjam jam setelah mengetahui pergi-mu, ummi yang entah sudah berapa liter airmata yang tumpah, tak melihat air yang sama di wajah abi. Abi berusaha menahan sedihnya di depan ummi. Hingga akhirnya, ummi mendengar air mata pertama abi untukmu tumpah di atas sajadah saat sujudnya. Abi-mu memilih Allah sebagai pendengar tangisan pertamanya. Abi-mu berhasil dampingi ummi melewati saat saat kamu harus ummi lahirkan dengan penuh sabar, tidak tidur tapi juga tidak mengeluh. Betapa hebatnya abi-mu nak.
Sayangku,
Kami berdua merindumu. Setiap hari kami mengunjungi makammu dengan senyum. Kami tak ingin kau melihat kami berderai air mata lagi. Karena kamu sudah senang di sana kan nak? Tak ada alasan kami bersedih disini. Kamu lebih bahagia disana kan? Berlarian di taman surga. Bercanda dengan malaikat malaikat kecil lainnya. Ah, indah sekali. Tunggu kami ya nak. Semoga ummi dan abi bisa mengumpulkan bekal yang buuuuaaaaanyak sekali supaya bisa berkumpul bersamamu di surga.
-------------------------------
Catatan ini aku salin dari blog saudaraku yang luar biasa, Febry Waliulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar