Lentera itu mendekatimu,
Dan engkau telah memilihnya....tanpa kau sadari
Namun, ada ragu singgah di ruangmu yang kosong
Benarkah dia?
Kata yang selalu diucap oleh hatimu
Beras atau nasi?
Itu ibarat yang selalu terucap dalam lisanmu saat mencari sosok sang pendamping
Siapapun ingin pendampingnya adalah ibarat nasi
Sudah siap untuk kita nikmati
Terima jadi, istilahnya
Tapi, tahukah kamu?
Ketika pasangan kita masih sosok beras, kita akan lebih menghargainya
Karena kita tahu wujud aslinya
Belum ada penambahan atau pengurangan apa-apa
Dia, adalah dia... beras, masih polos dan bisa diubah menjadi apapun...
Kita akan lebih menghormatinya, atas segala usahanya saat ingin menjadi Nasi yang bisa dinikmati
Namun,
Darahmu yang paling tahu pada siapa dia berdesir cepat
Jantungmu yang paling yakin pada siapa dia berdetak melebihi irama yang seharusnya
Tubuh dan jiwamu yang paling menyadari pada siapa dia merasa nyaman
Bukan untuk mencari mana yang lebih baik
Karena tiap saat pasti ada yang lebih baik
Tapi mencari,
Yang mampu membuatmu berjalan dengan kakimu sendiri
Yang mampu membuatmu tersenyum dengan lebar
Yang mampu membuatmu menjadi diri sendiri
Tanpa beban
Tanpa kompromi
Karena bukanlah suatu pilihan hati jika itu harus memakai kompromi, dan menjauh dari siapa dirimu sebenarnya...
Allah tak akan membawaku kesini hanya untuk meninggalkanku...
BalasHapushmm.. alumni2 ciloto ini hebat2 dlm merangkai kata. hehe...
BalasHapus