Eits, maaf maaf, bukan saya yang hamil :D tapi adik ipar saya, hehehe... Ini adalah kehamilan keduanya (semoga saya cepat menyusul untuk menikah dan hami juga. Amin :D) Meskipun sudah 7 bulan tapi perutnya masih kelihatan kecil. Mungkin karena anaknya kurus dan tinggi, ya :D
Meskipun judulnya Tingkeban atau Mitoni atau 7 bulanan, tapi acara yang dilaksanakan hari Minggu kemarin sama sekali tidak mengandung unsur adat jawa. Tentu saja kecuali pada bagian "jualan rujak gobet dan dawet" :)) Kenapa hanya Rujak Gobet dan Dawet yang diikutsertakan? Karena itu yang paling mudah disiapkan. Lagipula sebenarnya acara Mitoni itu dibarengi dengan acara Anjangsana/kumpul-kumpul dengan para kerabat dan teman-teman dari kantor Bapak. Sehingga yang dilaksanakan 'hanya' mengaji bersama 7 surat (An Nisa', Yusuf, Al-Kahf, Maryam, Luqman, Ar Rahman, Al Waqi'ah) ditambah surat Yassin. Tentu saja tersirat harapan besar dalam do'a-do'a kami agar bayi yang dikandung dapat lahir dengan selamat, sehat, lancar dan dimudahkan. Begitu pula do'a bagi ibunya agar sehat dan dilancarkan proses lahirannya.
Pengajian untuk mendoakan di dekbay :))
Si kakak yang antusias menyambut adek bayinya :*
Lantas, sebenarnya Tingkeban itu apa sih? Adat Jawa yang khas dengan rujak gobet dan dawet ini masih banyak dilaksanakan di kalangan masyarakat yang bermukim di pulau Jawa.
Upacara Tingkeban/Mitoni sendiri adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, dimana kata Mitoni berasal dari kata Pitu yang artinya tujuh. Sesuai dengan namanya, upacara tingkeban/mitoni ini dilaksanakan saat usia kehamilan mencapai tujuh bulan. Dalam acara ini sang ibu yang sedang hamil dimandikan dengan air kembang dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.
Menurut tradisi Jawa kental, upacara ini dilaksanakan pada tanggal 7, 17, dan 27 pada penanggalan Jawa, dilaksanakan di kanan atau kiri rumah menghadap ke arah matahari terbit. Yang memandikan-pun harus berjumlah ganjil. Setalah dimandikan, si ibu dipakaikan kain/jarik sampai tujuh kali, dan yang terakhir atau jarik ketujuh dianggap paling pantas dikenakan. Lalu diikuti acara pemotongan tumpeng yang diawali dengan doa. Setelah itu acara yang paling menarik adalah 'Jualan Dawet dan Rujak Gobet'. Jika dulu belinya pakai uang kreweng (tanah liat yang dibentuk bulat dan pipih, mirip uang receh) sekarang sudah banyak yang memakai uang sungguhan. Harganya?? Se-iklasnya yang beli. Bisa 100 perak, 500 perak, 1000 perak, 50.000 atau berapapun yang penting iklas. Kata orang tua sih, uang tersebut digunakan untuk beli jamu buat si ibu :D :D
Terlepas dari itu semua, hakekat dasar dari semua tradisi Jawa adalah sebagai bentuk ungkapan syukur dan permohonan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Segalanya untuk keselamatan dan kedamaian hidup manusia, yang diungkapkan dalam bentuk lambang-lambang yang mempunyai makna masing-masing.
Selamat berusia tujuh bulan dalam kandungan, keponakanku. Sehat terus, ya. Kami tunggu kehadiranmu, Mungil :* :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar