Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah
Tidak ada yang bisa saya katakan selain Alhamdulillah, saat sang Ramadhan berkenan mengunjungi saya lagi. Ehm, saya dan keluarga, maksudnya. :D
Hallo, Ramadhan... Selamat datang kembali. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kedatanganmu selalu saja menjadi spekulasi. Entah tanggal 1 atau 2 Ramadhan, yang kalau di kalender kita tanggal 9 atau 10? Kenapa nggak bisa datang barengan?
Eniwey, terlepas dari datang bersamaan atau tidak, kami sekeluarga tetap menyambut ramadhan dengan senang hati. Dan tahun ini, Ramadhan di tempatku benar-benar semarak. Bagaimana tidak, anggota keluarga kami bertambah satu orang lagi. Adik ipar. Sahur dan buka makin rame.
Bicara tentang sahur dan buka, adalah dua hal yang menurutku (dan mungkin juga bagi kebanyakan orang) adalah saat-saat yang menyenangkan. Selain sholat teraweh juga. Karena dua, eh, tiga hal itu hanya ada di satu bulan diantara duabelas bulan yang ada. Bukankah itu menjadi hal yang ditunggu-tunggu?
Aku merasa menjadi mualaf ketika bulan puasa datang. Selama sebelas bulan sebelumnya sudah melakukan banyak dosa, saat berdiri di depan pintu ramadhan, serasa akan melangkah menjadi mualaf. Banyak orang yang bilang bahwa saat hari raya setelah ramadhan, kita yang melaksanakan ramadhan dengan sebaik-baiknya akan seperti bayi yang baru lahir. Sama halnya dengan menjadi mualaf, kan?
Dan puasa kali ini tentu saja di rumah menjadi lebih semarak. Ada tambahan anggota keluarga yang akan menjalani puasa bersama kami. Adik ipar.
Ramadhan, selamat datang di rumah kami. Selamat datang di kampung kami. Selamat datang di bumi kami.
Dan puasa kali ini tentu saja di rumah menjadi lebih semarak. Ada tambahan anggota keluarga yang akan menjalani puasa bersama kami. Adik ipar.
Ramadhan, selamat datang di rumah kami. Selamat datang di kampung kami. Selamat datang di bumi kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar