Sudah masuk bulan Maret, ya? Ya ampun, kenapa tidak terasa ya? Atau mungkin aku yang 'sengaja' tidak 'ingin' merasakan berjalannya waktu? Salah sebenarnya, karena itu sama dengan aku tidak memberikan sesuatu hal yang bermakna setiap detik langkah waktu. Tapi bukan begitu juga, karena aku cukup memaknai jalannya waktu-waktu ini. Aku merasainya hingga bingung apa yang sebenarnya aku rasakan. Ach, bingung lagi bingung lagi.
Bicara tentang merasai, lagi-lagi aku tidak merasakan lamanya waktu berjalan. Tiba-tiba saja sudah setahun aku 'sendiri'. Tepat setahun yang lalu seharusnya aku sudah 'berdua'. Bukan bermaksud menyesali apa yang sudah-sudah, hanya ingin kembali menapaki jalan yang pernah kulalui dulu. 11 Maret, harusnya aku menikah, seandainya tidak memutuskan pergi ke puncak untuk pendidikan Tepat setahun yang lalu, seminggu sebelum pernikahanku, aku malah duduk di sebuah kelas, mendengarkan dosen berceloteh tentang manajemen biaya sambil memberikan sedikit coretan di buku yang diberikan panitia.
Setahun... seharusnya waktu yang lama, namun terasa sangat cepat ketika aku sudah menginjakkan kaki di sini.
Dan sejak setahun yang lalu, benar-benar tidak ada perubahan dalam hidupku. Atau aku yang mengindahkan perubahan itu? Menganggapnya sebuah hal yang sepele. Tidak lagi menganggap apa yang terjadi adalah sebuah hal yang istimewa. Keistimewaan itu pergi dan menghilang bersama dengan perasaanku, yang lari, pergi atau menghilang entah kemana. Memasuki bulan Maret ini, membuatku kembali banyak berpikir. Kata 'seandainya' menjadi topik dalam tiap pembicaraan dengan hatiku. Seandainya kau jadi menikah, seandainya aku tidak pergi, seandainya aku... bla..bla...bla...
Penyenangan untuk hatiku hanyalah kata-kata, "Mungkin ini yang terbaik". Tapi, kembali muncul kata "Benarkah?" Jika iya, kenapa hatiku tak pernah tenang?
Ah, semoga saja memang yang terbaik. Dan harapanku, mimpi maretku tahun lalu, semoga bisa menjadi nyata di maret ini. Mungkinkah? Bisakah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar