"Aku titipkan rinduku padamu melalui bulan yang tengah bersinar terang dengan bulatnya yang sempurna"
Supermoon. Bulan dalam kondisi sedang terang-terangnya bersinar, yang terpampang sombong menunjukkan bulatnya yang sempurna. Tersenyum angkuh membalas tatapan takjub manusia.
23 Juni 2013, aku menatap bulan. Sejak dia muncul beberapa menit yang lalu, dia sudah berhasil menawan hatiku. Sama denganmu, yang sudah lama menawan perasaanku. Ah, mengingat itu lagi membuatku mendadak pusing. Selalu saja pertanyaan yang sama akan muncul. Kenapa aku bisa jatuh hati padanya?Kenapa aku berpisah dengannya? Kalau sudah begitu, perasaan pusing tadi akan berubah menjadi rindu.
Loteng ini menjadi saksi bahwa saat aku menyaksikan sang bulan beraksi, aku tengah merindukannya dalam level yang tinggi. Sedang apa, ya dia disana? Apakah dia juga tengah memandangmu, Wahai Bulan? Apakah tampak sama bulan yang kita pandang?
Ingatkah kamu saat kita memandang langit bersama? Jika kau ingat, pernahkah kau tahu apa yang kuharapkan saat itu? Aku mengharapkan kesehatanmu dan kebahagiaanmu. Saat ini aku merasa doaku salah. Seharusnya aku mendoakan agar kau bahagia bersamaku.
Akhirnya, disinilah aku sekarang. Sendiri, memandang sang bulan yang tersenyum. Entah mengejek atau bersimpati padaku. Ah, Bulan... sedang apa dia sekarang? Aku bertanya lagi. Sedang memandangmu-kah lelaki itu? Sendiri, atau bersama kekasihnya?
Sebelum beranjak turun, sekali lagi aku menamatkan pandanganku pada sang bulan. Melukis indah di hati ini, sambil berharap semoga hati ini akan baik-baik saja. Ya, akan selalu baik-baik saja. Demi mereka... demi dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar