Baru selesai menamatkan drakor "Reply 1997" atau bisa juga disebut "Answer Me 1997". Melihat drakor itu, rasanya seperti dibawa menuju kenangan jaman SMa dulu. Setting tahun 2012 yang dipadu dengan beberapa setting di tahun 1997, awalnya terasa membingungkan. Tapi, lambat laun, saya jadi menikmati perjalanan 'roh' sang pemeran utama dan para sahabatnya ke masa lalu. Ke masa 15 tahun yang lalu. Saat mereka masih berusia 18 tahun, di tahun 1997.
Inti dari cerita ini adalah tentang persahabatan dan cinta pertama. Semua hal yang terjadi adalah 'yang pertama'. Dimana semua dialami dan dijalani dengan sikap yang polos.
Adalah Shi Won dengan Yoon Jae, sahabat yang tumbuh besar bersama. Saling berbagi apapun yang mereka miliki. Tak ada rahasia diantara mereka. Tidak ada perasaan yang lebih dari sekedar saudara dalam hati mereka. Hingga pada suatu saat, mereka menjadi siswa SMA. Saat itulah, Yoon Jae merasa ada sesuatu yang berdegup dalam hatinya saat melihat dan bersama Shi won. Dia Jatuh cinta pada teman masa kecilnya itu.
Kisah ini, sejak awal hingga akhir ending, selalu penuh teka teki. Ada yang mau mengumumkan pertunangan, ada yang sedang hamil, bahkan suami Shi won pun masih dirahasiakan sampai episode terakhir. Yoon Jae kah, atau sang kakak, Tae Woong? Kisah ini menceritakan, bahwa jodoh kita bisa saja cinta pertama atau cinta kesekian. Bisa saja cinta pertama menjadi pasangan hidup, tetap sebagai sahabat, atau berlalu dan hilang begitu saja. Tak tahu akan menjadi apa sahabat kita, masihkah berhubungan sebagai sahabat atau justru berpisah sebagai orang asing. Masihkah sahabat terbaik mendampingi hingga usia menua atau malah memilih pergi menjejakan kakinya sendirian.
Melihat kisah ini, ingin rasanya ikut kembali ke usia 18 tahun. Cinta pertama menjadi hal yang sangat menakjubkan. Bukan hanya karena itu pertama kalinya kita jatuh cinta, melainkan saat itu kita mencintai seseorang tanpa syarat. Kita menjadi apa adanya, dengan segala kepolosan, keluguan, naif, dan bodoh. Itu adalah pertama kalinya kita tahu, bahwa saat kita menyukai seseorang, kita takkan bisa berhenti memperhatikannya. Saat itu, kita tahu, jika kita hanya diam, maka takkan ada hasil bagi diri kita.
Ah, cinta pertama ya? Kapan itu terjadi, ya? Hm, SMP? SMA? Kapanpun itu terjadi, sebuah cerita tentang cinta pertama memang selalu menggelitik. Menyejukkan hati disetiap waktu yang mulai membosankan ini. Saat usia muda perlahan merangkak tua. Cinta pertama, takkan ada seorangpun yang bisa melupakan.
"Reply 1997" atau "Answer me 1997" layak ditonton. Supaya kita ingat, betapa kita pernah merasa 'bahagia' di usia 1998. Persahabatan, cinta pertama, mengidolakan selebriti, grup band, persaingan, pertengkaran dengan sahabat, dengan orang tua, salinh berbagi, semuanya ada di drakor ini. Keren pokoknya. Mungkin saat 1997 kita masih berusia di bawah 18 tahun. Tapi, cerita ini tetap tentang anak-anak 18 tahun, dan kita pernah merasakan itu, kan? Tahun berapapun itu.
Answer me, 2003. Saat itu usiaku 18 tahun. Meskipun cinta pertama dan persahabatan sudah kurasakan sejak 3 tahun sebelumnya, tapi usia 18 tahun memang selalu menakjubkan.
Selamat datang kembali, 18 tahun. :D
Rabu, Juni 26, 2013
Minggu, Juni 23, 2013
Titip rindu, Supermoon
"Aku titipkan rinduku padamu melalui bulan yang tengah bersinar terang dengan bulatnya yang sempurna"
Supermoon. Bulan dalam kondisi sedang terang-terangnya bersinar, yang terpampang sombong menunjukkan bulatnya yang sempurna. Tersenyum angkuh membalas tatapan takjub manusia.
23 Juni 2013, aku menatap bulan. Sejak dia muncul beberapa menit yang lalu, dia sudah berhasil menawan hatiku. Sama denganmu, yang sudah lama menawan perasaanku. Ah, mengingat itu lagi membuatku mendadak pusing. Selalu saja pertanyaan yang sama akan muncul. Kenapa aku bisa jatuh hati padanya?Kenapa aku berpisah dengannya? Kalau sudah begitu, perasaan pusing tadi akan berubah menjadi rindu.
Loteng ini menjadi saksi bahwa saat aku menyaksikan sang bulan beraksi, aku tengah merindukannya dalam level yang tinggi. Sedang apa, ya dia disana? Apakah dia juga tengah memandangmu, Wahai Bulan? Apakah tampak sama bulan yang kita pandang?
Ingatkah kamu saat kita memandang langit bersama? Jika kau ingat, pernahkah kau tahu apa yang kuharapkan saat itu? Aku mengharapkan kesehatanmu dan kebahagiaanmu. Saat ini aku merasa doaku salah. Seharusnya aku mendoakan agar kau bahagia bersamaku.
Akhirnya, disinilah aku sekarang. Sendiri, memandang sang bulan yang tersenyum. Entah mengejek atau bersimpati padaku. Ah, Bulan... sedang apa dia sekarang? Aku bertanya lagi. Sedang memandangmu-kah lelaki itu? Sendiri, atau bersama kekasihnya?
Sebelum beranjak turun, sekali lagi aku menamatkan pandanganku pada sang bulan. Melukis indah di hati ini, sambil berharap semoga hati ini akan baik-baik saja. Ya, akan selalu baik-baik saja. Demi mereka... demi dia.
Supermoon. Bulan dalam kondisi sedang terang-terangnya bersinar, yang terpampang sombong menunjukkan bulatnya yang sempurna. Tersenyum angkuh membalas tatapan takjub manusia.
23 Juni 2013, aku menatap bulan. Sejak dia muncul beberapa menit yang lalu, dia sudah berhasil menawan hatiku. Sama denganmu, yang sudah lama menawan perasaanku. Ah, mengingat itu lagi membuatku mendadak pusing. Selalu saja pertanyaan yang sama akan muncul. Kenapa aku bisa jatuh hati padanya?Kenapa aku berpisah dengannya? Kalau sudah begitu, perasaan pusing tadi akan berubah menjadi rindu.
Loteng ini menjadi saksi bahwa saat aku menyaksikan sang bulan beraksi, aku tengah merindukannya dalam level yang tinggi. Sedang apa, ya dia disana? Apakah dia juga tengah memandangmu, Wahai Bulan? Apakah tampak sama bulan yang kita pandang?
Ingatkah kamu saat kita memandang langit bersama? Jika kau ingat, pernahkah kau tahu apa yang kuharapkan saat itu? Aku mengharapkan kesehatanmu dan kebahagiaanmu. Saat ini aku merasa doaku salah. Seharusnya aku mendoakan agar kau bahagia bersamaku.
Akhirnya, disinilah aku sekarang. Sendiri, memandang sang bulan yang tersenyum. Entah mengejek atau bersimpati padaku. Ah, Bulan... sedang apa dia sekarang? Aku bertanya lagi. Sedang memandangmu-kah lelaki itu? Sendiri, atau bersama kekasihnya?
Sebelum beranjak turun, sekali lagi aku menamatkan pandanganku pada sang bulan. Melukis indah di hati ini, sambil berharap semoga hati ini akan baik-baik saja. Ya, akan selalu baik-baik saja. Demi mereka... demi dia.
Rabu, Juni 12, 2013
Time Travel, adakah?
Seperti yang sudah dibicarakan di postingan sebelum-sebelumnya bahwa saya sedang getol-getol menonton drakor alias drama korea. Salah satunya adalah Faith:The Great Doctor. Pemainnya Lee Min Ho sama Kim Hee Sun. Ceritanya tentang time travel gitu. Perjalanan menuju dimensi lain, entah dunia yang berbeda atau jaman dan waktu yang terpaut jaaauuuhhh sekali. Dunia lain. Yupz, cerita tentang sebuah kehidupan di dunia lain selalu membuatku takjub, terlepas dari itu benar atau tidak.
Bermula dari tahun 2003 ketika sebuah komik dunia mimpi tertangkap bebas di tangan. Ah, yang belum pernah membaca atau bahkan tak tahu komik itu, mungkin aku bisa menceritakan sedikit. Dunia Mimpi adalah komik Jepang yang bercerita tentang Noriko, siswi SMU yang tanpa sengaja (atau sebenarnya sudah ditakdirkan begitu) terkena ledakan bom saat pulang sekolah. Bukannya meninggal dengan badan terburai (eiiks!) Noriko justru terbangun di sebuah dunia baru. Dunia yang sama sekali tak ia kenali. Sebuah hutan dengan pohon lebat berwarna emas. Singkat cerita, di situlah dia bertemu dengan Izaku, pemuda tampan yang misterius. Nah, mereka ini sebenarnya adalah Sang Kegelapan dan Sang Pencerah. Kedatangan Noriko sudah pasti akan mengarahkan takdir Izaku sebagai sang kegelapan. Karena tidak mau menjadi monster, Izaku bermaksud membunuh Noriko. Tapi begitu tahu sang pencerah adalah seorang gadis kecil, Izaku justru membuang keinginan itu dan menjadi penjaga Noriko. Dan begitulah, akhirnya kisah cinta terjalin diantara mereka. Berdua, mereka bermaksud mengubah takdir dan masa depan. Karena tidak ada masa depan yang mutlak.
Ini dia beberapa gambar dari komik Dunia mimpi.
Kembali lagi ke filmnya Lee Min Ho. Di sana diceritakan bahwa Jenderal Choi Young (Lee Min Ho) mendapat tugas untuk membawa tabib dari langit, yang dipercaya keturunan Hwata (tabib hebat yang mampu menyembuh penyakit apa saja) untuk menyembuhkan putri NoGuuk yang tengah sekarat. Alih-alih pergi ke langit, saat Jenderal Choi Young memasuki sebuah putaran sinar (yang dianggap jalan menuju langit), Jenderal Choi Young justru datang ke jaman 660 tahun yang akan datang. Tahun 2012. Dan yang dia bawa pulang ke jamannya adalah seorang dokter bedah terbaik, yang beralih menjadi dokter kecantikan, Yoo Eun Soo. Mau tidak mau, Eun Soo melakukan operasi dengan alat seadanya.
Bisa ditebak, bahwa antara Eun Soo dan Choi Young akan terjalin sebuah kisah cinta. Dan beberapa rahasia besar terkuak. Mulai dari ditemukannya alat-alat medis modern sampai sebuah buku catatan yang merangkum tentang sejumlah angka. Awalnya Eun Soo tidak tahu apa artinya, tapi akhirnya dia menyadari bahwa itu adalah beberapa buah titik kordinat, yang menjelaskan dimana dan kapan sebuah pintu yang menyambungkan tiap dimensi akan terbuka.
Hingga akhirnya, semakin mendekati ending, akan terkuak sebuah benang merah. Bahwa Eun Soo tak hanya sekali datang ke jaman Goryeo ini. Dia sudah berkali-kali datang. Dia, di masa depan, sudah sering melakukan perjalanan time travel dalam usahanya menyelamatkan Choi Young dari masa ke masa. Memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi, yang bisa membahayakan Choi Young, dari waktu ke waktu. Hingga akhirnya cerita itu menemukan endingnya.
Ada sebuah pertanyaan yang muncul setelah melihat dan melihat sinosipnya. Jika memang Eun Soo dari masa depan mengirim pesan pada Eun Soo di masa ini, artinya diri kita itu ada di masa depan? Jika kita berdiri di tahun 2013, adakah diri kita di tahun-tahun depannya? 2014, 2015 dst? Atau diri kita di tahun 2011 masih ada? Begitukah? Atau time travel itu sendiri sebenarnya ada? Jika tidak, kenapa banyak orang yang menuliskan cerita tentang itu?
Ah, jangan-jangan itu hanya cerita, ya?
Yang pasti, Tuhan memang menciptakan dunia lain, alam lain, yang tidak kita ketahui.
Bermula dari tahun 2003 ketika sebuah komik dunia mimpi tertangkap bebas di tangan. Ah, yang belum pernah membaca atau bahkan tak tahu komik itu, mungkin aku bisa menceritakan sedikit. Dunia Mimpi adalah komik Jepang yang bercerita tentang Noriko, siswi SMU yang tanpa sengaja (atau sebenarnya sudah ditakdirkan begitu) terkena ledakan bom saat pulang sekolah. Bukannya meninggal dengan badan terburai (eiiks!) Noriko justru terbangun di sebuah dunia baru. Dunia yang sama sekali tak ia kenali. Sebuah hutan dengan pohon lebat berwarna emas. Singkat cerita, di situlah dia bertemu dengan Izaku, pemuda tampan yang misterius. Nah, mereka ini sebenarnya adalah Sang Kegelapan dan Sang Pencerah. Kedatangan Noriko sudah pasti akan mengarahkan takdir Izaku sebagai sang kegelapan. Karena tidak mau menjadi monster, Izaku bermaksud membunuh Noriko. Tapi begitu tahu sang pencerah adalah seorang gadis kecil, Izaku justru membuang keinginan itu dan menjadi penjaga Noriko. Dan begitulah, akhirnya kisah cinta terjalin diantara mereka. Berdua, mereka bermaksud mengubah takdir dan masa depan. Karena tidak ada masa depan yang mutlak.
Ini dia beberapa gambar dari komik Dunia mimpi.
Kembali lagi ke filmnya Lee Min Ho. Di sana diceritakan bahwa Jenderal Choi Young (Lee Min Ho) mendapat tugas untuk membawa tabib dari langit, yang dipercaya keturunan Hwata (tabib hebat yang mampu menyembuh penyakit apa saja) untuk menyembuhkan putri NoGuuk yang tengah sekarat. Alih-alih pergi ke langit, saat Jenderal Choi Young memasuki sebuah putaran sinar (yang dianggap jalan menuju langit), Jenderal Choi Young justru datang ke jaman 660 tahun yang akan datang. Tahun 2012. Dan yang dia bawa pulang ke jamannya adalah seorang dokter bedah terbaik, yang beralih menjadi dokter kecantikan, Yoo Eun Soo. Mau tidak mau, Eun Soo melakukan operasi dengan alat seadanya.
Bisa ditebak, bahwa antara Eun Soo dan Choi Young akan terjalin sebuah kisah cinta. Dan beberapa rahasia besar terkuak. Mulai dari ditemukannya alat-alat medis modern sampai sebuah buku catatan yang merangkum tentang sejumlah angka. Awalnya Eun Soo tidak tahu apa artinya, tapi akhirnya dia menyadari bahwa itu adalah beberapa buah titik kordinat, yang menjelaskan dimana dan kapan sebuah pintu yang menyambungkan tiap dimensi akan terbuka.
Hingga akhirnya, semakin mendekati ending, akan terkuak sebuah benang merah. Bahwa Eun Soo tak hanya sekali datang ke jaman Goryeo ini. Dia sudah berkali-kali datang. Dia, di masa depan, sudah sering melakukan perjalanan time travel dalam usahanya menyelamatkan Choi Young dari masa ke masa. Memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi, yang bisa membahayakan Choi Young, dari waktu ke waktu. Hingga akhirnya cerita itu menemukan endingnya.
Ada sebuah pertanyaan yang muncul setelah melihat dan melihat sinosipnya. Jika memang Eun Soo dari masa depan mengirim pesan pada Eun Soo di masa ini, artinya diri kita itu ada di masa depan? Jika kita berdiri di tahun 2013, adakah diri kita di tahun-tahun depannya? 2014, 2015 dst? Atau diri kita di tahun 2011 masih ada? Begitukah? Atau time travel itu sendiri sebenarnya ada? Jika tidak, kenapa banyak orang yang menuliskan cerita tentang itu?
Ah, jangan-jangan itu hanya cerita, ya?
Yang pasti, Tuhan memang menciptakan dunia lain, alam lain, yang tidak kita ketahui.
Senin, Juni 10, 2013
Menggenggam tangan
Saat melihat sebuah film romantis, adegan saat apa yang membuatmu berdebar? Saat berpelukan? Saat berciuman? Jika pertanyaan itu ditanyakan padaku, maka jawabanku adalah saat salah satu pemeran menggenggam erat tangan lawan mainnya. Rasanya amaaaaaannnn gitu. Entah secara malu-malu atau terang-terangan. Adegan saat itulah yang membuat jantungku cukup berdebar.
Ya, saat seseorang menggenggam tanganmu, seolah muncul perasaan tenang. Perasaan aman. Adegan itu banyak ditemui dalam drakor, dimana perwujudan perasaan cinta yang kuat bisa diperlihatkan dari bagaimana cara sang tokoh menggenggam tangan lawan mainnya. Berbeda dengan sinetron, dimana rasa cinta ditunjukkan dengan ucapan yang menggebu-gebu. Drakor, sebelum mengucapkan rasa itu, sang tokoh biasanya memperlihatkan dalam tingkah lakunya terlebih dulu.
Ah, melihat adegan itu dalam drakor membuatku iri. Ada ya, manusia nyata yang bisa kayak begitu? Meskipun sebenarnya adegan seperti itu banyak di dunia nyata, tapi kadang si pelaku tidak menyadari dan menganggap hal itu menjadi sesuatu yang biasa. Atau mungkin karena saat adegan di drakor, si pelaku bisa menunjukkan ekspresi yang total dalam penyampaian perasaannya ya???
Ya jelas, saat ini tidak ada yang bisa diharapkan untuk menggenggam tangan ini. Dia sudah menghilang lebih dari dua tahun yang lalu. Hiks...
Ya, saat seseorang menggenggam tanganmu, seolah muncul perasaan tenang. Perasaan aman. Adegan itu banyak ditemui dalam drakor, dimana perwujudan perasaan cinta yang kuat bisa diperlihatkan dari bagaimana cara sang tokoh menggenggam tangan lawan mainnya. Berbeda dengan sinetron, dimana rasa cinta ditunjukkan dengan ucapan yang menggebu-gebu. Drakor, sebelum mengucapkan rasa itu, sang tokoh biasanya memperlihatkan dalam tingkah lakunya terlebih dulu.
Ah, melihat adegan itu dalam drakor membuatku iri. Ada ya, manusia nyata yang bisa kayak begitu? Meskipun sebenarnya adegan seperti itu banyak di dunia nyata, tapi kadang si pelaku tidak menyadari dan menganggap hal itu menjadi sesuatu yang biasa. Atau mungkin karena saat adegan di drakor, si pelaku bisa menunjukkan ekspresi yang total dalam penyampaian perasaannya ya???
Ya jelas, saat ini tidak ada yang bisa diharapkan untuk menggenggam tangan ini. Dia sudah menghilang lebih dari dua tahun yang lalu. Hiks...
Rabu, Juni 05, 2013
Hujan
Hujan. Aku menyukainya. Aku sangat menyukai hujan. Setiap rintiknya, sejak rintik pertama. Aku menyukainya dengan tingkat kesukaan yang luar biasa. Saat hujan turun, aku bisa tahan berjam-jam memandangi airnya di luar jendela. Aku merasa, setiap hujan yang turun akan menghapus setiap kenangan pahit yang kulalui dulu.
Berlebihan, ya? Kurasa tidak. Karena begitulah adanya. Saat hujan turun adalah saat paling tenang dalam hati ini. tentu saja saat itu hujan tak mengajak serta sang petir. Petir yang menggelegar itu seringkali membuatku kalap. Tapi, tak dipungkiri juga kalau aku sangat menyukai warna dan bentuk petir yang menakjubkan itu.
Hm, sepertinya kenangan pahitku lumayan banyak, ya? Buktinya, begitu banyak hujan yang telah turun, tetap saja rasa sakit itu kadang masih muncul. Artinya, hujan itu belum sepenuhnya menghilangkan kenangan itu. Atau mungkin sebenarnya akulah yang 'enggan' menghilangkannya. Enggan mengusirnya dan membiarkan 'dia' tetap tinggal di sana. Karena saat aku berusaha melupakannya atau mengusirnya pergi, aku harus mengingatnya. Mengingat kenangan mana yang akan aku perlakukan seperti ini. Semakin sering berusaha melupakan, semakin sering hal itu muncul.
Ah, hujan... aku berharap rintikmu membawa pergi rasa sakit ini.
Ah, hujan... aku berharap rintikmu membawa pergi rasa sakit ini.
Langganan:
Postingan (Atom)