First.. Happy New Year 2017.. artinya usia juga berkurang setahun lagi. Terima kasih Allah, atas nikmat dan rejeki yang Allah kasih untuk kami. Mohon maaf atas khilaf yang senantiasa kami 'sengajakan'
Oke, ucapan happy new year, disertai terompet toet toet sepanjang sudut kota dan kembang api yang sahut menyahut selesai sudah. Euforia pergantian tahun yang selalu membuat takjub semua mata sudah terhenti. Back to reality. Kembali ke rutinitas yang hampir sama selama tahun lalu.
Buatku, ada sebuah duka yang menyambut. Ah, kalau duka mungkin terlalu lebay. Disebut musibah juga terlalu berlebihan. Aku 'hanya' kehilangan sebuah STNK. Ya, STNK motor-harta bendaku satu-satunya. Entah dimana stnk itu. Aku benar-benar lupa. Terakhir lihat hari Rabu, 28 Desember 2016, setelah itu...blaasss... Nggak tahu kenapa, aku benar-benar lupa. Astaghfirullah.. Lupa selupa-lupanya.
Jadi ingat 11 tahun yang lalu. Saat stnk lenyap, 3 hari kemudian motor ikut raib. Dan itu yang ditakutkan. Sekarang hanya bisa berdoa, semoga jika stnk itu ditemukan orang baik yang berkenan mengembalikan. Paling tidak di stnk tercantum alamat rumah.
if now still new year, if every wish will be come true, thus, i wish....
Malang, 22 Desember 2016
Saya awali 'curhatan' kali ini dengan ucapan "selamat hari ibu" untuk semua ibu -makhluk terhebat- di seluruh dunia. Sebuah lagu menasbihkan bahwa kasih ibu adalah sepanjang jalan, -bukan jalan buntu tentunya ^^,
Tidak terasa (mungkin) bagi sebagian manusia tahun akan segera berganti. Jika kau merasakan hal ini, maka kita sama. 2016 perlahan akan mengucapkan selamat tinggal. Dan sepertinya awal tahun 2017 nanti, saya mungkin tidak akan membuat resolusi, yang bagi sebagian orang merupakan hal yang umum dibuat saat tahun berganti. Kenapa? entahlah, mungkin karena beberapa resolusi tidak tercapai selama beberapa tahun. Atau karena resolusi tidak perlu diungkapkan, cukup dengan doa yang terucap saat ingat apa yang ingin dicapai. Mungkin.
Bicara resolusi, meski tidak banyak yang terealisasi, tapi ada juga beberapa yang menjadi nyata. Dream comes true. Sekolah lagi tanpa mengeluarkan biaya, beasiswa full, fast track alias hanya 15 bulan untuk program magister -adalah satu diantara beberapa mimpi yang menjadi nyata. Universitas Brawijaya, adalah mimpi yang lain. Dan dengan berakhirnya tahun 2016, masa-masa di institusi ini juga semakin mendekati finish.
Akan ada masa-masa yang saya rindukan kelak. Masa dimana harus rela insomnia demi tugas yang menggunung, jalan-jalan dengan 'saudara' baru yang luar biasa, Niken, Heni dan Esti. Seolah kami adalah geng yang baru terbentuk sejak masuk kuliah. Padahal ada 15 orang dalam kelas ini, tapi entah dengan mereka, saya bisa 'menggila' bersama. Sama-sama menempuh gelar magister ekonomi dengan biaya Pemerintah, membuat kami berempat saling nyambung dalam membicarakan apa saja. Tentu saja, sekali lagi, dalam lingkungan yang baru ini, 15 orang, hanya saya yang masih 'single' -jika tidak mau disebut jomblo. Bahkan yang kelahiran 1987 saja sudah beranak satu. Ah....
Kembali ke resolusi. Kalau harus ada resolusi yang dibuat setiap pergantian tahun, maka "menikah" adalah resolusi "usang" yang sudah dibuat sejak beberapa tahun lalu. Resolusi baru? Tentu saja lulus tepat waktu dengan nilai memuaskan dan segera kembali bekerja. Semoga bisa kembali ke tempat yang dulu. Meski kadang jengah, tapi hati sudah terpaut di tempat itu. Semoga..
Malang, 10 Oktober 2016 *latepost*
Sejak tanggal 9 Agustus 2016 kemarin saya resmi menjadi anak malang lagi. Kembali berkutat dengan tugas dan buku-buku. Entah kenapa saya memilih ini. Kalau diruntut dari awal, mungkin memang ini yang saya inginkan... 4 tahun yang lalu.
Beasiswa Bappenas. Tahun 2012 saya dapat telpon dari seorang teman yang sudah seperti saudara bagi saya, bahwa ada beasiswa bappenas. Mungkin saja kamu berminat, katanya. Waktu itu status saya masih seorang staf di sebuah instansi pemerintahan. FYI, jika sudah bekerja di instansi pemerintahan, gelar itu sudah tidak begitu dibutuhkan lagi. Cukup loyalitas pada pimpinan, dan cakap dalam pekerjaan. Namun, entah kenapa, saat itu, saya ingin 'menghirup' udara yang lain. Ingin 'lepas' sejenak dari penat. Dari jenuh.
Jadilah saya mulai mengurus pendaftaran. Surat legalitas dan lain-lain. Dari Kantor ke BKD, balik kantor lagi, revisi, BKD lagi... sampai 3 kali balik. Lalu kelar. Ikut tes potensi akademik.. dan lulus. Tapi gagal di tes TOEFLnya. Karena telinga saya mungkin yang agak bermasalah, atau memang saya tidak pandai bahasa itu. *alasan*
Itu 2012.
Ya, 4 tahun yang lalu mungkin saya masih bersemangat untuk ikut begituan. Perlahan, tiap tahun semangat saya mulau menurun. Entah apa yang membuat saya tetap kekeuh ikut tes penerimaan beasiswa itu. Dan akhirnya, setelah empat kali ikut tes -ya, empat kali- disinilah saya berada sekarang. Kota Malang. Menempuh kembali pendidikan tanpa mengeluarkan uang, seperti keinginan saya dulu. Beasiswa Bappenas, 'hutang' yang harus dipertanggung-jawabkan.